Sobat blogger yang berbahagia, pembahasan kita tentang kontrol PLC kita akhiri dulu sampai di sini dan kita lanjutkan dengan pembahasan tentang kontrol pneumatic. Tapi sebelum kita membahas tentang kontrol pneumatic, agar sobat blogger termotivasi dan terinspirasi dalam menjalani kehidupan ini, penulis akan menyajikan kisah inspiratif tentang pengaruh pikiran sadar dan pikiran bawah sadar manusia.
Menurut Willy Wong & Andri Hakim dalam bukunya yang berjudul "Dahsyatnya Hipnotis" bahwa pola pikir kesadaran manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Hal ini bukan berarti kita mempunyai dua macam pikiran. Pada dasarnya pikiran kita tetaplah satu, tetapi mempunyai dua fungsi berbeda yang saling berhubungan dan bekerja sama.
Pikiran sadar kita merupakan pikiran yang menggunakan akal sehat dan logika, melalui pikran ini kita berpikir secara sadar dan secara logis untuk menetapkan sesuatu atau memutuskan pilihan tertentu. Misalnya seperti memilih pakaian yang kita senangi, memilih buku/blog/tulisan yang ingin kita baca dan memilih tempat tinggal yang ingin kita diami, kita menggunakan pikiran sadar untuk memutuskan pilihan-pilihan tersebut.
Sebaliknya pikiran bawah sadar merupakan pikiran yang menerima informasi yang telah dianalisis dan diterima oleh pikiran sadar secara serta merta. Pikiran bawah sadar tidak memikirkan alasan-alasan apa yang mendasari diterimanya infromasi tersebut, tidak menganalisis dan hanya menerima informasi secara otomatis. Pikiran ini berfungsi menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, intuisi, kreativitas dan kepribadian.
Pikiran sadar berperan dalam menerima informasi yang masuk melalui panca indera, kemudian menganalisis serta memutuskan respon apa yang dilakukan. Jika informasi tersebut dianggap benar, maka informasi tersebut akan diteruskan ke pikiran bawah sadar dan disimpan di sana. Tetapi jika informasi tersebut dianggap salah, maka informasi tersebut tidak akan diteruskan ke pikiran bawah sadar.
Sebenarnya pikiran bawah sadar manusia memegang peranan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pikiran sadar. Pikiran sadar hanya berpengaruh sekitar 12% sedangkan pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali hidup manusia sekitar 88%. Hal ini akan terasa saat manusia melakukan sesuatu hal, sering kali hal tersebut masih tidak selaras dengan memori atau informasi yang tetanam dalam pikiran bawah sadarnya.
Sebagai contoh, seseorang berencana berolah raga pada pagi hari, namun saat terbangun dan merasakan dirinya masih mengantuk, maka ia membatalkan rencananya untuk berolah raga. Hal ini terus berualang sehingga ia gagal berolah raga. Contoh lainnya, saat seseorang memutuskan untuk berhenti merokok. Sering kali keinginan orang tersebut gagal karena merasa sudah kecanduan dan merasa berat untuk meninggalkan "kesenangannya". Padahal ia menyadari akan bahaya merokok bagi tubuhnya.
Pada contoh pertama, informasi yang diberikan ke pikiran bawah sadar orang tersebut adalah "pentingnya atau nikmatnya tidur di pagi hari" bukan "pentingnya berolah raga di pagi hari". Oleh karena itu meskipun pikiran sadarnya sudah memahami bahwa "berolah raga di pagi hari itu penting", tetapi pikiran bawah sadarnya masih belum menerima informasi tersebut.
Pada contoh kedua, informasi bahwa "merokok itu nikmat" yang tertanam dalam pikiran bawah sadarnya belum digantikan oleh informasi bahwa "merokok itu berbahaya", karena itulah terjadi kegagalan tersebut. Meskipun pikiran sadarnya jelas-jelas telah mengetahui dan memahami bahwa merokok berbahaya bagi kesehatannya, tetapi pikiran bawah sadarnya belum "diprogram ulang". Jadi orang tersebut masih tetap merasakan kebutuhan dan kenikmatan untuk merokok.
Untuk lebih memahami tentang kuatnya pengaruh pikiran bawah sadar manusia dan makluk hidup yang lain berikut ini akan disajikan kisah menarik sebagai berikut : suatu saat terjadi kebakaran hebat di sebuah kompleks pasar pada perkampungan penduduk. Api melahap bangunan dan segala perabot serta isi yang ada di dalamnya. Memang tidak ada korban jiwa manusia, sebab penghuni sudah terlebih dahulu keluar dan mengungsi . Namun kebakaran hebat itu menyisahkan sebuah kebingunan ketika sahabat saya berjalan melewati sebuah tempat bekas lokasi kebakaran tersebut. Ia menjumpai seekor gajah besar tewas terbakar tanpa bisa lari menyelamatkan diri, padahal makluk besar itu hanya diikat oleh seutas tali kecil pada salah satu kaki depannya. Jadi gajah tersebut tidak dirantai dengan besi yang kuat, juga tidak dikurung dalam kandang. Sudah jelas gajah dengan mudah bisa melepaskan diri kapan saja dari tali yang mengikatnya. Sahabat saya pun makin bingung, kenapa gajah sebesar itu tidak berusaha melarikan diri saat terjadi kebakaran, padahal sangat mudah untuk ia lakukan.
Usut punya usut, heheheee kayak detektif aja. Konon ketika gajah itu masih kecil (muda), telah mendapat perlakuan khusus dari sang pawang gajah. Mula-mula salah satu kaki depan si gajah muda diikat oleh seutas tali kecil, kemudian si gajah berontak dan ingin hidup bebas melepaskan diri dari jeratan tali tersebut. Namun, setiap kali ingin berontak dan berlari, ia merasakan kakinya selalu kesakitan sebab terikat oleh seutas tali kecil tersebut. Begitu seterusnya, setiap kali si gajah berontak dan berusaha ingin menjauh dari radius jangkauan tali, kakinya selalu terasa sakit. Akhirnya pada suatu saat, si gajah merasa kapok dan tidak pernah berani mengulang kembali melepaskan diri dari jangkauan tali. Setiap akan berontak dan melarikan diri, pikirannya selalu dibayangi "rasa sakit yang luar biasa" pada salah satu kaki depannya yang terikat oleh tali kecil.
Ketika gajah itu tumbuh besar, ternyata mindset (yang tertanam dalam pikiran bawah sadarnya) tetap dibayangi rasa "takut sakit" ketika hendak mencoba melepaskan diri dari ikatan tali kecil. Gajah besar itu tetap percaya bahwa ia akan merasa "sakit dan tersiksa" jika berusaha berlari melepaskan diri. Sehingga ia pun tidak pernah lagi untuk mencoba atau punya pikiran untuk membebaskan diri. Gajah tersebut sudah terjebak dengan apa yang ia percayai selama ini. Jadi dalam kasus kebakaran hebat di atas, si gajah tetap saja bertahan sekalipun ia sebenarnya mampu berlari dan menyelamatkan diri. Selain ikatan yang ada di salah satu kaki depannya hanyalah seutas tali kecil, tempat tambatan tali pun hanya sebatang tiang kayu yang pasti tercabut jika si gajah tidak dibayang-bayangi mindset yang salah.
Belajar dari sang gajah, berapa banyak di antara kita yang telah memasukkan dan mempertahankan informasi dan program pikiran yang salah (negative mindsetting) ke dalam pikiran bawah sadar, sehingga berujung pada kegagalan, kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan dan keterpurukan hingga akhir hayat dikandung badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar