• HOME
  • ABOUT ME
  • OLSHOP
  • VIDEO
  • DAF ISI BUKU

Selasa, 30 Juli 2013

Regulasi Tegangan Generator (Modul SE)

PENGATURAN (REGULASI) TEGANGAN OUTPUT GENERATOT DENGAN MENGGUNAKAN MODUL SE (SENSOR EXCITER MODULE)

          Modul selanjutnya yang digunakan untuk regulasi tegangan generator setelah modul GV dan modul GX adalah modul SE. Penjelasan secara singkat mengenai modul SE dapat diuraikan sebagai berikut :

3. Modul SE (Sensor Exciter Module)
         Sensor Modul mengendalikan besarnya arus listrik untuk eksitasi pada medan magnet Main Generator. Arus ini berasal dari eksiter (exciter) melalui SCR (silicon control rectifier) assembly yang dirangkai sistem jembatan 3 phase. SCR ini belum ON sampai nilai-nilai pada anoda lebih positip terhadap katodanya dan juga apabila sinyal sulut belum diberikan pada gate SCR, maka SCR ON, begitu sinyal sulut diputut, SCR tetap ON selama anoda positip terhadap katoda.
          Modul SE berfungsi memberi sinyal pada masing-masing gate pada SCR sehingga SCR tersebut ON yang memungkinkan arus listrik dari eksiter (exciter) mengalir ke lapang magnetik Main Generator. Arus listrik yang mengalir dari exciter adalah arus bolak balik, karena rangkaian SCR merupakan rangkaian jembatan 3 phase, maka arus dapat mengalir ke lapang magnet hanya berlangsung pada saat tegangan sinusoidal bernilai positip. Arus yang dapat mengalir maksimum terjadi pada setengah gelombang di daerah positip. Pada saat nilai tegangan mulai menjadi positip dari lintasan negatip dan saat tegangan akan bernilai 0 akan menuju daerah negatip itulah jumlah arus maksimum yang dapat mengalir ke lapang magnet dari tiap-tiap phase.
          Apabila penyulutan SCR dimulai pada saat tegangan mulai positip, maka SCR akan kerja selama periode positip penuh berarti arus mengalir maksimum dan mengakibatkan eksitasi dengan maksimum pula. Sebaliknya, bila penyulutan SCR terjadi pada saat positip mendekati nilai 0 maka SCR kerja hanya selama saat penyulutan sampai nilai positip akan bertukar menuju negatip. Demikianlah fungsi utama dari Modul SE mengatur waktu penyulutan SCR untuk memperoleh jumlah arus untuk eksitasi yang sesuai dengan kebutuhan.

*) klik gambar untuk memperbesar gambar

Gambar 3 Rangkaian Modul SE (Sensoe Exciter Module)

Minggu, 28 Juli 2013

Regulasi Tegangan Generator (Modul GX)

          Kita lanjutkan pembahasan tentang pengaturan (regulasi) tegangan output generator dengan menggunakan modul-modul. Pada pertemuan kali ini kita akan melanjutkan dengan membahas modul GX (generator excitation regulating module).

2. Modul GX (Generator Excitation Regulating Module)
           Modul GX berfungsi untuk membatasi eksitasi pada Main Generator bila terjadi arus yang mengalir ke medan magnet Generator meningkat melebihi batas aman. Cara kerja dari sistem ini adalah menggunakan sinyal dari sebuah transduser yang besarnya sinyal sebanding dengan arus listrik yang mengalir ke medan magnet Main Generator. Sinyal ini selanjutnya dimodulasikan kedalam Modul SE bila terjadi arus yang meningkat melebihi batas aman.
          Modul GX terdiri dari dua buah transformator untuk meModulasikan kedua sinyal dari besarnya arus yang mengalir dari exiter ke medan magnet Generator dan yang lain dari nilai besarnya tegangan keluaran dari exiter. Kedua sinyal ini selanjutnya sebagai pengendali bekerjanya Transistor pada Modul GX dan selanjutnya berangkai dengan Modul GV untuk bersama mengatur sistem eksitasi Main Generator.

*) Untuk memperbesar gambar silahkan klik gambar

Gambar 2. Rangkaian Modul CX

Jumat, 26 Juli 2013

Regulasi Teganagn Generator (Modul GV)

PENGATURAN (REGULASI) TEGANGAN OUTPUT GENERATOR 
DENGAN MENGGUNAKAN MODUL-MODUL

          Untuk mengatur tegangan output generator pada harga yang aman, diperlukan rangkaian yang kompak berupa module-module guna pengaturan eksitasi dan pengaturan tegangannya. Module-module tersebut diantaranya adalah modul GV (generator voltage), modul GX (genertor exitation), modul RC (rate control), modul SE (sensor eksiter), modul TH (throtle response), modul EL(eksitasi limit), dan modul FP (feedback power). Tetapi pada pertemuan kali ini hanya akan dijelaskan secara singkat tentang modul GV, sdangkan modul-modul yang lainnya akan dijelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

1. Modul GV (Generator Voltage Regulating Module)
          Modul GV membatasi keluaran tegangan sampai batas maksimum aman pada generator utama (main generator). Pengaturan ini dilakukan dengan cara memodulasikan sinyal kontrol ke Modul SE pada saat tegangan yang keluar dari Main Generator cenderung meningkat. Dengan sinyal control yang meningkat akibat dari peningkatan tegangan yang keluar pada Main Generator, maka akan mengakibatkan penurunan eksitasi pada medan magnet Main Generator.
          Pengaturan tegangan oleh Modul GV adalah dengan sebuah Transistor yang dikendalikan oleh adanya kenaikan amplitudo pulsa-pulsa yang diperoleh dari kecenderungan kenaikan tegangan. Dengan demikian, maka bekerjanya Transistor adalah menggunakan pulsa-pulsa sebagai umpan balik untuk mengatur eksitasi terhadap tegangan.


Gambar 1. Generator voltage regulating module

Minggu, 21 Juli 2013

Sistem Pengaman Generator Unit Genset

A. SISTEM PENGAMAN GENERATOR PADA UNIT GENSET
          Sistem pengaman harus dapat bekerja cepat dan tepat dalam mengisolir gangguan agar tidak terjadi kerusakan fatal. Proteksi pada generator unit genset ada dua macam yaitu :
1. Pengaman alarm
         Bertujuan memberitahukan kepada operator bahwa ada sesuatu yang tidak normal dalam operasi mesin generator dan agar operator segera bertindak.
2. Pengaman trip
          Berfungsi untuk menghindarkan mesin generator dari kemungkinan kerusakan karena ada sistem yang berfungsi tidak normal maka mesin akan stop secara otomatis.
          Jenis-jenis pengaman trip antara lain adalah :
a. Putaran lebih (over speed)
b. Temperatur air pendingin tinggi 
c. Tekanan minyak pelumas rendah
d. Emergency stop
e. Reverse power 
f.  Pentanahan (grounding) 
   1) Pentanahan sistem, pentanahan untuk suatu titik pada penghantar arus dari sistem. Pada umumnya titik tersebut adalah titik netral dari suatu mesin, transformator, atau untuk rangkaian listrik tertentu.
   2) Pentanahan peralatan sistem, pentanahan untuk suatu bagian yang tidak membawa arus dari sistem, misalnya : Semua logam seperti saluran tempat kabel, kerangka mesin, batang pemegang sakelar, penutup kotak sakelar. 
g.  Relay pengaman
1)  Relay arus lebih 
          Thermal Over Load Relay (TOLR) digunakan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor dari kerusakan akibat beban lebih atau terjadinya hubungan singkat antar hantaran yang menuju jaring atau antar fasa.
2)  Relay tegangan lebih
      Bekerja bila tegangan yang dihasilkan generator melebihi batas nominalnya.
3)  Relay diferensial
          Bekerja atas dasar perbandingan tegangan atau perbandingan arus, yaitu besarnya arus sebelum lilitan stator dengan arus yang mengalir pada hantaran yang menuju jaring-jaring.
4)  Relay daya balik
       Berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk ke arah generator.

h. Sekering
         Berfungsi untuk mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat. Jika suatu sekering dilewati arus di atas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu sekering tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu sekering dalam waktu 4 jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga 1,5..


B.     PERAWATAN SISTEM PENGAMAN GENERATOR PADA UNIT GENSET
                 Operasi suatu generator adalah suatu hal yang penting untuk diamankan dalam sebuah sistem tenaga listrik. Oleh karena itu generator perlu dilengkapi dengan beberapa alat pengaman yang berfungsi untuk mengamankan generator sehingga kelangsungan suplai tenaga listrik kepada konsumen dapat terjamin. Adapun pengaman generator yang ada pada unit Gen Set antara lain Relai arus lebih, Relai daya balik, Ground fault relay dan Excitation Fault Relay.
                 Penurunan kemampuan peralatan listrik adalah suatu hal yang biasa. Proses ini bermula sejak peralatan tersebut dibuat. Jika penurunan tersebut tidak diamati, ada kemungkinan akan menyebabkan kegagalan atau kesalahan kerja pada saat dioperasikan misalnya pengkaratan pada kontak-kontak rele, macetnya mekanisme, berubahnya setting peralatan pengaman dan lain-lain. Dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik dapat mengurangi kegagalan dalam menurunkan jumlah pemutusan yang tidak direncanakan. Peralatan rele-rele proteksi mencakup inspeksi, pembersihan dan penyesuaian setting (adjustment) serta pengujian peralatan untuk menjamin operasi bebas gangguan sampai jadwal pemeliharaan berikutnya.
  1. Mechanical and Visual Inspection
               Perawatan, penyimpanan data dan pengetesan pada saat perawatan merupakan jaminan agar peralatan bisa bekerja sebagaimana mestinya. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melaksanakan perawatan, acceptance test dan perbaikan-perbaikan adalah dengan melakukan mechanical and visual inspection. Mekanisme dari peralatan pengaman, terminal-terminal pengawatan dan tap block harus diperiksa. Induction disk unit, instantaneous unit, target and seal unit harus bebas bergerak tanpa ada gangguan yang menghambat operasi rele-rele.
                 Rele-rele yang beroperasi secara mechanical memerlukan pengkalibrasian yang lebih teliti. Inspeksi-inspeksi yang harus dilaksanakan antara lain :
 a. Benda-benda asing seperti debu, kotoran dan partikel-partikel dalam rele harus dibersihkan dari rumah rele dan bagian dalam rele. Penanganan harus hati-hati pada saat perawatan induction disk dan celah udara damping magnet. Alat-alat yang dipakai untuk membersihkan rele-rele adalah air sringe(semprotan udara), magnet cleaning probes dan air brushes.
 b. Inspeksi harus dilaksanakan untuk memeriksa letak induction disc tepat di tengah-tengah celah udara magnet. Bila tidak akan terjadi gesekan antara induction disc dengan katub-katub magnet. Atur kembali letak induction disc sesuai dengan prosedur pada instruction and maintenance manual.
 c. Rele-rele harus diinspeksi terhadap kelembaban dan lingkungan yang kotor. Rele yang kotor dan lembab harus dilaporkan pada pengawas karena hal ini menunjukkan bahwa rumah rele dan tutupnya kemungkinan rusak atau rele dipasang pada lingkungan yang berbahaya.
d.  Periksa semua terminal penyambungan termasuk tap.
e.  Bearing-bearing yang rusak harus diganti dan bearing-bearing yang kotor harus dibersihkan. Bearing yang rusak dan kotor bisa diamati dengan memutar disc ke posisi closed, kemudian amati gerakan disk pada saat kembali ke posisi normal (de energized).
f.   Operasi mekanisme dari target unit harus dicek dengan mengangkat armature untuk memeriksa target drop dan rest bekerja dengan baik apabila ditekan.
g.  Kontak-kontak yang tidak rata atau terbakar harus dibersihkan dan digosok dengan burnishing tools. Penggunaan solvent dan bahan kimia harus dihindari karena sisa dari bahan tersebut dapat menghambat operasi trip circuit.
h.      Bagian dalam atau luar kaca penutup harus diinspeksi. Penutup harus diganti bila kacanya sudah retak atau pecah. Pengecekan harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa seal penahan debu masih dalam keadaan baik. Gelas kaca dan bingkainya sudah harus dibersihkan sebelum dipasang kembali.
i.   Pengecekan dilakukan untuk memeriksa kelembaban dan bahaya-bahaya lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada pengawatan (wiring) dan peralatan yang terbuat dari besi (hardware)
2.  Preventive Maintenance Testing
                  Apabila pengetesan dilakukan pada rangkaian yang sedang energized dan berbeban, harus diingat bahwa selama pengetesan, rangkaian proteksi harus dilepas terlebih dahulu. Hal ini penting mengingat coil dapat menstripkan Circuit Breaker apabila rangkaian ke tripping system tidak dilepas.
3.  Visual Check
                 Pengecekan paling praktis untuk menghindari trip karena kekuranghati-hatian adalah memeriksa secara visual panel rele sebelum membuka tutup rele. Double check (pemeriksaan ganda) data-data rele akan sangat membantu untuk menghindari kesalahan pencabutan rele-rele proteksi yang akan ditest. Dianjurkan untuk memeriksa posisi moving contact dan stationary contact terhadap kemungkinan unit rele sedang beroperasi (pick up) dan mendekati trip point, serta hati-hati pada saat membuka tutup rele.
4.  As Found and As Left Test
                  As found test dilakukan sebelum melaksanakan perawatan, pemeriksaan kalibrasi ulang atau pengesetan pada komponen internal rele. Test ini bertujuan untuk menentukan kondisi, response, dan kalibrasi yang diperlukan pada rele-rele sebelum rele dikalibrasi ulang. As found test memberikan informasi mengenai tingkatan serta scope perawatan yang akan dilaksanakan. Data dari hasil kalibrasi dicatat dan diarsipkan serta dibandingkan dengan data kalibrasi sebelumnya. Semua setting harus disesuaikan dengan relay setting sheers ( data setting rele) As left test setelah dikalibrasi ulang, yang menunjukkan kondisi dan kalibrasi rele yang telah dilaksanakan. Hasil test harus sesuai dengan relay setting sheets serta diarsipkan sehingga data permanen  kondisi  rele  untuk  dibandingkan  dengan  as  found   test.
                      As found test adalah hasil test setelah kolaborasi ulang, yang menunjukkan kondisi dan kalibrasi rele yang telah dilaksanakan. Hasil test  harus sesuai dengan relay setting sheets serta diarsipkan sehingga data permanen kondisi relay untuk dibandingkan dengan as found test pada perawatan berikutnya. As found dan left test memberikan data historical yang diperlukan untuk menentukan integritas kalibrasi, periode jadwal perawatan berikutnya, perbaikan integritas kalibrasi, periode jadwal perawatan berikutnya perbaikan serta penggantian rele.
5.   Acceptance Test
                     Acceptance test biasanya dilakukan pada rele-rele baru sebelum rele-rele tersebut dipasang dan bertujuan untuk memeriksa kondisi keseluruhan terhadap tingkat operasi rele dan disesuaikan dengan setting yang diinginkan. Secara umum, tipe pengesetan dan pengecekan yang dilakukan pada acceptance test adalah sebagai berikut :
      a. Contact zero check
      b.  Minimum trip contact
      c.  Timing operation
      d.  Indicating instantaneous trip unit operation
      e.  Indicating contactor switch operation
       f.  Insulation resistance.
6.  Primary Injection Test
                 Primary injection test biasanya dilaksanakan saat melakukan acceptance test pada pemasangan rele-rele baru. Caranya adalah dengan menginjeksikan arus pada sisi sisi primer trafo arus. Keuntungan secara langsung yang dapat memeriksa langsung perbandingan trafo arus, penyambungan sisi rele, operasi rele, trip bus dan operasi circuit breaker. Harus berhati-hati saat melakukan primary injection test karena pengetesan dan penyambungan peralatan langsung pada konduktor sisi primer.
7.  Secondary Injection Test
                 Secondary injection test adalah cara umum yang dilakukan untuk pengetesan rele-rele proteksi. Keuntungan yang diperoleh pada cara ini adalah rangkaian trip system bisa dilepas dari sumber sehingga system bisa tetap beroperasi. Cara pengetesannya adalah dengan menginjeksikan arus langsung ke terminal rele.
8.  General Test
                  Prosedure pengetesan rele biasanya diberikan atau disediakan oleh pabrik pembuat. Brosur perawatan (maintenance manual) memberikan informasi penting mengenai pengetesan yang perlu dilaksanakan pada rele dan kontrol-kontrolnya, seperti pengetesan test connection, response curve dan test parameter untuk setiap fungsi rele. Ada lima general test yang bisa dilakukan untuk pengetesan electromechanical induction disc rele :
a.  Insulation Resistance Test
                  Pengetesan tahan isolasi dilakukan pada setiap tipe rele kecuali rele-rele tipe elektronik, yang bertujuan untuk menguji kondisi isolasi rele. Tegangan test yang diberikan biasanya antara 500 – 1200 volt DC. Bila pembacaan pada insulation tester dibawah harga standar, maka rele tidak boleh dioperasikan sebelum permasalahan ditemukan dan diperbaiki.
b.  Zero Check Test
              Dilakukan pada rele-rele yang dilengkapi dengan time dial. Tujuannya adalah untuk memeriksa kondisi moving contact dan stationary contact dari time dial tersebut.
c.  Minimum Trip Current
              Pengetesan ini dilakukan pada induction unit dan instantaneous unit. Pick up test dilakukan pada rele untuk menentukan arus, tegangan dan daya atau frekuensi yang sesuai untuk operasi rele dan gerakan dari trip contact.
d.  Time Characteristic Test
              Adalah untuk menentukan waktu yang digunakan rele pada suatu satuan harga tertentu seperti arus, tegangan, daya atau frekuensi.
e.  Target dan seal in Operation Test
          Adalah unit untuk menentukan jumlah arus minimum yang diperlukan trip circuit untuk mengoperasikan target dan seal-in unit.

Selasa, 16 Juli 2013

Pengoperasian Genset Otomatis

PENGOPERASIAN GENERATOR SET OTOMATIS (AUTO GENSET)

         Untuk mempertinggi kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke beban maka diperlukan automatic GenSet yang disingkat auto GenSet. Auto GenSet merupakan suatu peralatan atau perangkat untuk mengoperasikan generator secara otomatis sebagai pemindah daya listrik yang disuplai dari PLN jika sumber tenaga listrik ini mengalami gangguan maupun mengalami pemadaman. Bila hal demikian terjadi maka secara otomatis diesel sebagai penggerak atau tenaga pemutar untuk generator akan hidup dan mulai menggerakkan rotor dari generator sehingga dari generator ini akan dihasilkan tenaga listrik untuk menyuplai energi listrik ke beban sebagai pengganti dari suplai energi listrik oleh sumber PLN. Oleh karena itu kesinambungan dari suplai energi listrik ke industri tidak akan mengalami gangguan atau pemutusan.
          Automatic generator set adalah merupakan suatu panel pengendalian generator yang ditempatkan dalam suatu ruangan khusus yang telah dibuat dengan perencanaan yang sangat baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomi sehingga akan mempermudah dalam pengoperasiannya, mempunyai tingkat kehandalan yang tinggi dan mudah dalam pemeliharaannya. Panel-panel pada automatic Gen Set ini merupakan panel pengendali generator yang diletakkan bersama-sama dengan panel lain. Nama khusus pada panel ini adalah ACOS (Automatic Change Over Switch), seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 berikiut ini.

Gambar 1. Panel ACOS

          Panel pengendalian tersebut menggunakan suatu rangkaian pengendali dari gabungan beberapa macam sistem yaitu antara lain :
1. Sistem Magnetik
         Sistem ini menggunakan relay-relay yang bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik dan juga menggunakan kontaktor yang bekerja dengan prinsip elektromagnetik.
2. Sistem Elektronik
          Sistem ini menggunakan peralatan atau perangkat elektronik baik yang bekerja secara analog maupun yang bekerja secara digital.
3. Sistem Manual
          Dalam hal ini menggunakan peralatan saklar manual key contact dan lain sebagainya.

Ketiga sistem tersebut digabungkan sehingga diperoleh keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
- Mudah dalam pemeliharaan
- Dalam pengoperasiannya tidak perlu dilakukan pelatihan yang terlalu mendalam atau pelatihan khusus karena sangat mudah dioperasikan.
- Mempunyai tingkat keamanan yang sangat tinggi, hal ini sangat diperlukan karena menyangkut masalah keselamatan dari operator dan peralatan yang bersangkutan khususnya peralatan yang sangat peka dan berharga mahal.
- Mempunyai tingkat kehandalan yang sangat tinggi.

          Dengan penggunaan dan pengoperasian automatic Gen Set ini lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan sistem pengoperasian Gen Set secara manual sehingga sistem otomatis Gen Set ini banyak digunakan.
          Pada saat daya listrik masih disuplai oleh PLN ke industri maka kontaktor pertama akan bekerja sehingga beban tersuplai daya listrik dari PLN, hal ini dikarenakan kontaktor kedua juga bekerja di mana kontaktor ini menghubungkan antara phase S dan phase T dari jala-jala PLN, sedangkan kontaktor kedua ini sendiri bekerja untuk mengembalikan posisi.kontaktor penyambung ke posisi semula yaitu terbuka (NO). Sehingga secara otomatis akan mengisolasikan jaringan jala-jala beban dari jala-jala sumber listrik PLN, sedangkan pada posisi Gen Set sendiri kontaktor kedua tersebut akan menghubungkan phase T dari jala-jala generator ke netral, akan tetapi proses ini tidak berlangsung secara seketika tetapi Gen Set tersebut harus menyesuaikan dengan keadaan beban seperti tegangan, arus, beban dan frekuensinya. Atau dengan kata lain putaran rotor generator harus mencapai putaran yang diinginkan kemudian sumber energi listrik dari Gen Set disalurkan ke beban. Kemudian setelah sumber energi listrik dari PLN telah tersambung kembali maka secara otomatis rangkaian automatic Gen Set akan mengisolasi atau memutuskan hubungan dengan jala-jala beban dari jala-jala generator (secara otomatis generator akan mati) dan secara otomatis menghubungkan jala-jala beban dengan jala-jala sumber PLN maka beban akan tersuplai daya listrik dari PLN.
          Komponen utama sistem Gen Set otomatis adalah sebagai berikut .
1. Battery
          Battery merupakan kumpulan beberapa sel-sel listrik yang digabungkan secara seri maupun paralel dan merupakan suatu alat yang didalamnya berlangsung proses eletrokimia yang berkebalikan yaitu suatu proses dari pengubahan energi kimia menjadi energi listrik (proses pengosongan) dan sebaliknya (proses pengisian). Pada dasarnya suatu sel listrik terdiri dari dua buah logam atau konduktor-konduktor yang tidak sama yang dicelupkan ke dalam cairan penghantar. Apabila konduktor yang tidak sama tersebut ditempatkan di dalam larutan maka akan bereaksi secara kimia dengan salah satu konduktor dan menghasilkan gaya gerak listrik antara kedua konduktor tersebut (konduktor dua plat / elektroda). Jika elektroda tersebut dihubungkan oleh konduktor maka arus akan mengalir dari elektroda lainnya melalui konduktor dan kemudian akan melalui elektrolit. Elektroda di mana arus meninggalkan sel disebut elektroda positif dan lainnya disebut elektroda negatif.
          Proses pengisian battery adalah dengan cara mengalirkan arus melalui sel-sel battery dengan arah yang berlawanan dengan aliran arus dalam proses pengosongan sehingga sel battery akan dikembalikan dalam keadaan semula. Battery yang digunakan pada sistem otomatis Gen Set berfungsi sebagai sumber arus DC pada starting diesel.

2. Battery Charger
         Komponen ini berfungsi untuk mengubah tegangan PLN (220V) menjadi pengisian battery yaitu 24 V, yang kemudian arusnya disearahkan dengan menggunakan penyearah sehingga dapat digunakan untuk proses pengisian battery.
          Alat ini berfungsi apabila listrik PLN dalam keadaan hidup, karena untuk mengisi ACCU yang ada pada ruang generator, ACCU ini terdiri empat buah masing-masing ukuran 12 V, 200 AH (Ampere Hour), ACCU ini terhubung secara seri paralel.
          Alat ini terdiri dari sebuah transformator penurun tegangan atau step down dan sebuah rangkaian penyearah tipe jembatan, untuk spesifikasi dari alat-alat ini sebagai berikut: 
a. Tegangan masukan (input)        :  230 V / 400 V
b.  Phase tunggal
c.  Frekuensi                                   :  50 / 60 Hz
d. Toleransi yang diijinkan            :  50 Hz = Rating tegangan 0,9 – 1,15%
                                                            60 Hz = Rating tegangan 0,9 – 1,25%
          Battery Charger ini dilengkapi dengan pengaman hubung singkat (Short Circuit). F1 dan F2 berupa sekering / fuse. Alat ini mempunyai beberapa tipe pengisi battery antara lain :
a. Type CN 08-12 : Rating arus 8A, Rating tegangan 12V, Input 210V
b. Type CN 12-12 : Rating arus 12A, Rating tegangan 12V, Input 250V
c. Type CN 08-24 : Ranting arus 8A, Ranting tegangan 24V, Input 420V
d. Type CN 12-24 : Ranting arus 12A, Ranting tegangan 24V, Input 600V.

3. Relay
          Relay pada sistem ini berfungsi sebagai penggerak/pemberi signal atau tanda pada kontaktor yang dituju, jadi jika relay ini mendapatkan suplai tegangan dan arus maka relay tersebut akan bekerja dan akan menggerakkan kontaktor baik untuk posisi membuka (NO) maupun untuk posisi menutup (NC) dari relay tersebut terhadap catu daya listrik sehingga kontaktor tersebut bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan baik untuk membuka maupun menutup.
          Relay pada sistem ini ada dua macam yaitu relay biasa dan relay dengan timer. Kedua jenis relay tersebut digunakan sesuai dengan fungsi dan keperluannya. Relay biasa berfungsi untuk menghubungkan lampu-lampu indikator tanpa penundaan waktu, sedangkan relay dengan penundaan waktu digunakan pada saat start diesel. Hal ini diperlukan karena bila start pertama maka dibutuhkan selang waktu tertentu untuk start berikutnya sampai mesin diesel dapat beroperasi.

4. Panel ACOS 250
          Pada panel-panel ACOS 250 terdapat beberapa tombol yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Tombol-tombol ini fungsi utamanya sebagai tombol pengontrol operasi Gen Set automatic, secara spesifik fungsi tombol tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Off                                 :    Tombol untuk menginstruksikan operasi generatir set berhenti
b. Automatic                    :    Tombol untuk menginstruksikan operasi bekerja secara otomatis
c. Trial Service                :    Tombol untuk percobaan unit Gen Set beroperasi tanpa beban
d. Manual Service          :    Tombol untuk mesin beroperasi secara manual
e. Manual Starting          :    Tombol untuk start mesin secara manual
f. Manual Stoping           :    Tombol untuk instruksi mesin berhenti secara manual
g. Signal Test                  :    Tombol untuk memeriksa lampu-lampu atau alat-alat indikator
h. Horn Off                       :    Tombol untuk menghentikan indikator horn/sirine apabila berbunyi
i. Release                        :    Tombol untuk mematikan lampu-lampu indikator yang menyala
j. Start                               :    Tombol untuk mengoperasikan generator set. Tombol ini
                                                bekerja, jika tombol manual starting bekerja
k. Start Fault                    :    Tombol untuk mengetahui gangguan lewat lampu indikator
l. Engine Running           :    Tombol untuk mengaktifkan indikator Gen Set
m. Supervision On           :   Tombol untuk memindahkan suplai beban secara 
                                                otomatis berdasarkan waktu yang telah ditentukan
n. Low Oil Pressure          :    Indikator minyak pendingin mesin bertekanan rendah
o. Temperature To High :    Indikator mesin diesel telah bertemperature tinggi.
p. Generator Over Load  :     Indikator generator terbebani lebih.

Jumat, 12 Juli 2013

Volt Nol Meter & CRO Penentu Urutan Phase Kerja Paralel Genset

VOLT NOL METER DAN CRO SEBAGAI PENENTU URUTAN PHASE 
PADA KERJA PARALEL GENERATOR SET (GENSET)

          Selain lampu-lampu serempak dan synchronouscope lincoln yang telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya, peralatan lainnya yang dapat digunakan untuk menentukan urutan phase pada kerja paralel genset adalah :

3. Volt Nol Meter
          Volt nol meter mempunyai skala yang sangat baik dibaca pada sekitar titik nol-nya. Jika tegangan jala-jala V (tegangan yang dibangkitkan oleh genset) naik, maka arusnya ( I ) akan naik dan tahanan tak linier (RL) akan naik pula sehingga tegangan pada pengukuran (Vv) akan turun, dan begitu juga sebaliknya. 
Dengan demikian didapatkan suatu persamaan : Vv = (Rv x V) / (Rv + RL)
dimana : Vv = tegangan pengukuran
                V  = tegangan jala-jala (tegangan yang dibangkitkan oleh genset)
                RL = tahanan tak linier (tahanan beban)
                Rv = tahanan konstan pada volt meter biasa.
Untuk lebih jelasnya prinsip pemasangan volt nol meter dapat dilihat pada gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Skema prinsip volt nol meter

4. Catode Ray Osciloscope (CRO)
Cathode Ray Oscilloscope lebih dikenal dengan sebutan CRO, atau ada yang menyebut sebagai Osiloskop Sinar Katoda atau Osiloskop saja. Merupakan sebuah alat ukur elektronik yang penting bagi teknisi listrik atau teknisi elektronik dalam menyelesaikan pekerjaannya. Manfaatnya adalah untuk mengukur besaran-besaran: tegangan, frekuensi, periode dan beda fasa. Bentuk sinyal listrik juga dapat dilihat dengan CRO. Ada berbagai bentuk sinyal listrik, yaitu sinusoida, segitiga atau triangle, kotak atau square, denyut atau pulse. Berbagai bentuk sinyal listrik tersebut dapat dengan mudah diukur tegangannya, periodenya dan dapat ditentukan berapa frekuensinya.
          CRO ada dua jenis, yaitu jenis 1 kanal dan jenis 2 kanal. Dengan CRO 2 kanal bisa menampilkan 2 signal secara serempak dalam layar, yaitu masuk kanal X (horisontal) dan kanal Y (vertikal). Sebelum menggunakan CRO perlu dilakukan persiapan awal atau setting-up procedure. Untuk melakukan setting-up perlu memahami dengan benar semua tombol kontrol serta fungsinya,  Adapun prosedur setting-up adalah sebagai berikut (lihat gambar 11) :

Gambar 11. Posisi tombol-tombol kontrol dalam keadaan CRO setting-up

a.  aturlah posisi tombol kontrol seperti pada Gambar 11
b.  Pastikan tegangan kerja yang dipakai di laboratorium. Periksa apakah AC Voltage selector sudah pada posisi yang tepat.
c. kalau sudah tepat maka putar tombol POWER (7) searah putaran jarum jam sampai ON dan LED menyala.
d. Sumbu horizontal akan nampak. Bila tidak nampak pada pusat screen, maka atur position (1). Atur intensity (7). Bila tetap kurang tajam maka atur FOCUS (8).
e. Osiloskop sekarang siap dipakai untuk melakukan pengukuran. Pasang tegangan input signal ke input (2). Putar tombol volt / div (4) searah jarum jam untuk mendapatkan ukuran bentuk gelombang yang dikehendaki.
f. dengan menekan tombol LEVEL(12), fungsi free running dicabut, sehingga bentuk gelombang akan hilang bila tombol diputar searah jarum jam, dan akan nampak lagi pada posisi mendekati tengah (MID). Gelombang akan hilang lagi kalau tombol diputar kearah kebalikan jarum jam dari posisi MID.
g. bila komponen signal DC yang diukur, atur tombol AC-GND-DC pada posisi DC. Bila signal positip maka signal akan bergerak naik, dan sebaliknya bila signal negatif maka akan bergerak turun. Titik referensi tegangan “0” diperiksa pada posisi GND. Kalau meleset dari titik NOL maka bentuk signal dapat ditepatkan pada posisi NOL.

          Setelah melakukan setting-up dan sebelum menggunakan CRO pada penggunaan pengukuran harus dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu. Kalibrasi dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a.  Kalibrasi tegangan
          Kalibrasi tegangan dilakukan apabila CRO akan dipakai untuk mengukur tegangan signal dari bentuk gelombang tertentu. Langkah kerjanya dilakukan sebagai berikut :
siapkan CRO dengan prosedur setting-up seperti di atas.
- Siapkan probe CRO ( PC-21 atau yang sesuai ) atur perbandingan input pada posisi 1 : 1.
- Atur VOLT/DIV Switch pada posisi 1 V / div. Variable Control diputar searah jarum jam penuh sampai posisi CAL.
- Kaitkan ujung probe ke terminal CAL 1 Vp-p. Dan pada layar akan nampak bentuk signal kotak dengan  tegangan 1 Vp-p. Bila signal tidak berhenti bergerak atur LEVEL control pada posisi PULL Auto Switch sampai signal mudah dibaca.
- CRO selanjutnya siap dipakai untuk mengukur tegangan, jangan mengubah posisi  Variable Control. Artinya tetap pada posisi CAL.

b. Kalibrasi waktu
          Untuk  keperluan pengukuran frekuensi dan periode harus dilakukan kalibrasi waktu. Langkah kerjanya adalah sebagai berikut :
siapkan CRO seperti pada prosedur setting-up.
- Siapkan probe CRO ( PC-21 atau yang sesuai ) atur perbandingan input pada posisi 1 : 1.
- Atur VOLT/DIV Switch pada posisi 1 V / div. Variable Control diputar searah jarum jam penuh sampai posisi CAL.
- Kaitkan ujung probe ke terminal CAL 1 Vp-p. Dan pada layar akan nampak bentuk signal kotak dengan  tegangan 1 Vp-p. Bila signal tidak berhenti bergerak atur LEVEL control pada posisi PULL Auto Switch sampai signal mudah dibaca.
- Atur SWEEP TIME / DIV Switch pada posisi 1 ms. Atur Variable Control pada posisi CAL ( putar kanan maksimum).
- Pada layar CRO akan nampak gelombang kotak dengan tinggi tegangan 1 Vp-p. Periodenya adalah 20 ms. Berarti frekuensinya adalah f = 1 / 20 X 1000 Hz = 50 Hz.
Selanjutnya CRO siap dipakai untuk mengukur frekuensi atau periode dengan tidak boleh mengubah posisi Variable Control dari SWEEP TIME / DIV  Switch pada posisi CAL.

          Jika kedua signal gelombang tegangan dari masing-masing genset dimasukkan ke bagian horisontal (kanal X) dan bagian vertikal (kanal Y) pada sebuah CRO, maka akan menghasilkan atau terlihat pada layar monitor CRO sebuah ellips yang disebut lisajous. Ellips tersebut akan berubah menjadi garis lurus bila frekuensi dan tegangan yang dimasukkan tersebut sama atau sephase.


Gambar 12. Pola lissajous menampilkan beda phase signal (gelombang)

          Tetapi sebuah garis lurus tersebut dapat pula menandakan adanya selisih atau beda phase yang disebut oposisi phase, oleh sebab itu harus diperiksa terlebih dahulu bentuk dan perputaran lukisan/gambar yang terlihat pada layar monitor CRO tersebut sebelum kerja paralel dilaksanakan.