APLIKASI TRANSDUSER PASIF PADA DETEKTOR
Detektor
berasal dari kata “to detect” yang
berarti menemukan atau mendapatkan, sehingga detektor adalah suatu alat yang
digunakan untuk menemukan sesuatu, misalnya metal
detector adalah alat yang digunakan untuk menemukan kandungan logam pada
suatu benda, lie detector adalah alat
untuk menemukan apakah seseorang itu berbohong, dsb.
Secara praktis, detektor biasanya
hanya menemukan adanya sesuatu, bukan menentukan berapa ukuran sesuatu
tersebut. Oleh karena itu, dalam penggunaan transduser sebagai detektor, harus
selalu ada suatu batas ambang tertentu. Sebagai contoh detektor suhu. Bila suhu
telah melampaui nilai ambang tertentu, misalkan 100o C, detektor
akan aktif dan menyalakan alarm, menyalakan lampu atau mungkin juga memutus
catu daya melalui relay.
Dalam aplikasinya, suatu detektor
biasanya terdiri dari suatu transduser yang dihubungkan dengan suatu rangkaian
tertentu untuk menghasilkan keluaran tertentu dengan spesifikasi tertentu pula.
Pada kesempatan yang keenam pada sesi
kendali elektronik ini, akan dibahas suatu detektor cahaya (LDR) yang dirangkai
dengan transistor, dimana transistor akan bekerja sebagai sakelar. Sehingga
bila transduser telah melampaui ambang tertentu, transistor menghantarkan arus,
dan dibawah ambang tersebut transistor akan menyumbat (tidak menghantarkan
arus). Prinsip kerja transistor sebagai sakelar dapat dibahas
secara singkat dengan memperhatikan Gambar rangkaian di bawah ini :
Gambar Rangkaian Transistor sebagai
Sakelar
Pada rangkaian diatas, transistor akan menghantar arus bila
pada masukan ada pulsa sulut (trigger
pulse). Beberapa rumus yang perlu diketahui adalah:
Ic = E / Rc
Rb = (Vb - Vbe) / Ib
Ib = Ic / h fe
dimana I C = arus kolektor ketika transistor menghantar
I B = arus basis
VB = tegangan pada basis, tegangan pulsa sulut
h FE = penguatan arus searah dari transistor
VBE = 0,6 volt (untuk transistor silikon)
Sebagai contoh, bila tegangan catu atau E sebesar 6 volt, RC
dipilih sebesar 300 W,
RB sebesar 18 kW,
dan hFE = 150, akan didapatkan :
Ic = E / Rc = 6 V / 300 Ohm = 20 mA
Ib = Ic / h fe = 20 mA / 150 = 0,13 mA
Vb = Ib x Rb + 0,6 (0,13 / 1000) x 18000 + 0,6 = 2,99 V dibulatkan 3 V
Dari nilai VB ini, berarti ketika masukan
transduser mencapai nilai ambang, maka keluarannya (baik secara langsung maupun
setelah melalui penguat) harus menghasilkan nilai sebesar VB.
Sebagai contoh aplikasi transduser pasif
pada detektor, di bawah ini disajikan gambar rangkaian detektor cahaya dengan
LDR yang digunakan untuk mengaktifkan relay DC 12 Volt. Terserah kita mau
dihubungkan dengan beban berupa apa relay tersebut, bisa berupa beban lampu,
alarm ataupun motor listrik.
Gambar
Rangkaian Detektor Cahaya dengan LDR
Komponen
:
1.
Catu
daya 12V DC....................................................... 1 buah
2.
Transistor
BC 107, BC 140......................................... 1 buah
3.
Resistor
1 K Ohm......................................................... 1 buah
4.
Potensiometer
5 K Ohm.............................................. 1 buah
5.
LDR
(Light Dependent Resistor)................................ 1 buah
6.
Relay
1 NC,1 NO/12V DC........................................... 1 buah
7.
Lampu
Indikator 1W/12V D…………………………. 1 buah
8.
Papan
PCB …………………………………………... 1 keping
9.
Kabel
penghubung...................................................... secukupnya
Alat
:
1.
Multimeter....................................................................... 1 buah
2.
Solder
dan kawat timah ……………………………… 1 buah
3.
Penyedot
timah ……………………………………….. 1 buah
Langkah
Kerja :
1. Pasanglah
komponen pada papan PCB sesuai dengan gambar rangkaian, set potensiometer tepat
pada tengah putaran.
2.
Solderlah
kaki sambungan komponen dengan rapi dan benar.
3.
Ukurlahlah
arus antara kaki basis Q2 dengan kaki emitor Q1
menggunakan mili ampere meter.
4.
Berilah
cahaya pada LDR, apakah lampu indikator akan menyala atau padam.
5.
Ukurlah
tegangan antara kaki basis dan emitor pada Q1 (transistor BC107) :
VBE = ……V ;
Catat pula arus pada mili amper meter : IB2 = …… mA
6.
Tutuplah
LDR terhadap cahaya, apakah lampu indikator akan menyala atau padam.
7.
Ukurlah
tegangan antara kaki basis dan kaki emitor pada Q1 (transistor
BC107) :
VBE = ……V ;
Catat pula arus pada mili amper meter : IB2 = …… mA
8.
Tukarlah
posisi LDR dengan posisi potensiometer.
9.
Ulangilah
langkah nomor 4 sampai dengan nomor 7.
10. Bandingkan hasil kedua percobaan, mana
yang lebih baik.
11. Gunakan rangkaian yang lebih baik dan
perangkat siap digunakan untuk mendeteksi adanya cahaya.
wah terimakasih artikel nya
BalasHapus