• HOME
  • ABOUT ME
  • OLSHOP
  • VIDEO
  • DAF ISI BUKU

Senin, 17 Februari 2014

Koefisien Utilisasi Pada Photometri Penerangan Jalan

          Sobat blogger, pokok bahasan kita tentang peralatan peneranagn (lighting equipment) telah selesai. Masih berkaitan dengan desain penerangan jalan raya pada pokok bahasan selanjutnya akan kita bahas tentang photometri. Dalam pokok bahasan ini sobat blogger akan diperkenalkan dengan fotometri yang berkaitan dengan desain penerangan jalan. Item yang dibahas disini meliputi Photometric dan Faktor penyusutam lampu dan armatur lampu (luminer).
          Istilah fotometri digunakan untuk menentukan data uji yang menggambarkan karakteristik output cahaya luminer. Tujuan dari fotometri adalah untuk menggambarkan kinerja luminer secara akurat dan untuk mengefektifkan desainer dalam menentukan atau memilih peralatan penerangan dan merancang tata letak yang terbaik guna memenuhi kebutuhan penerangan. Jenis data fotometri yang paling umum digunakan adalah:
- Koefisien utilisasi (pemanfaatan), 
- Diagram performa iso candela, 
- Faktor distribusi cahaya vertikal,
- Faktor distribusi cahaya lateral, 
- Faktor deprisiasi (penyusutan) yang terdiri dari kurva pemeliharaan lumen, dan kurva penyusutan karena kotoran.
          Tetapi dalam pertemuan kali ini akan kita bahas terlebih dahulu tentang koefisien utilisasi (penamfaatan), sedangkan yang lainnya akan kita bahas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

1. Koefisien Utilisasi (Pemanfaatan)
          Koefisien utilisasi (CU) adalah perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dari luminer yang diterima pada permukaan jalan dengan lumen yang dipancarkan oleh lampu. Kurva pemanfaatan mendefinisikan seberapa banyak output lumen keseluruhan yang mencapai daerah yang sedang diterangi oleh luminer yang digunakan untuk outdoor. Sebuah kurva pemanfaatan untuk luminer kepala kobra dengan lampu HPS ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.


Gambar 1. Kurva Koefisien Utilisasi

          Dua kurva ditunjukkan pada grafik di atas, satu untuk sisi jalan (biasanya area yang diinginkan untuk dinyalakan) dan satu untuk sisi rumah (arah jauh dari arah menyala primer). Kurva jalan merupakan pemanfaatan lampu telanjang (tanpa armatur) dalam persen, sebagai rasio jarak melintang terhadap peningkatan ketinggian pemasangan.

Contoh Perhitungan CU :

Gambar 2.Skema lampu penerangan jalan

Perhitungan CU adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan CU area trotoar, masukkan kurva CU untuk sisi jalan (street) pada jarak melintang yang benar untuk rasio ketinggian pemasangan, dalam hal ini rasionya 46/40 atau 1,15. Kemudian ikuti diagram diatas (gambar 1) hingga mencapai kurva jalan (street) dan baca besarnya lumen yang dimanfaatkan  (dalam persen), dalam hal ini dihasilkan 36 persen.

b. Untuk mendapatkan CU area bahu jalan, masukkan kurva CU untuk sisi jalan (street) pada jarak melintang yang benar untuk rasio ketinggian pemasangan, dalam hal ini rasionya 10/40 atau 0,25. Kemudian ikuti diagram diatas hingga mencapai kurva jalan (street) dan baca besarnya lumen yang dimanfaatkan (dalam persen), dalam hal ini dihasilkan 10 persen.

c. CU antara "segitiga" yang terbentuk dari luminer ke tepi trotoar terdekat dikurangi dengan "segitiga" yang terbentuk dari luminer ke tepi trotoar jauh kesamping, dihasilkan CU sekitar 26 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar