Sobat blogger, pokok bahasan kita tentang peralatan peneranagn (lighting equipment) telah selesai. Masih berkaitan dengan desain penerangan jalan raya pada pokok bahasan selanjutnya akan kita bahas tentang photometri. Dalam pokok bahasan ini sobat blogger akan diperkenalkan
dengan fotometri yang berkaitan dengan desain penerangan jalan. Item yang
dibahas disini meliputi Photometric dan Faktor penyusutam lampu dan armatur
lampu (luminer).
Istilah fotometri digunakan untuk
menentukan data uji yang menggambarkan karakteristik output cahaya luminer. Tujuan dari fotometri adalah untuk menggambarkan kinerja luminer secara akurat
dan untuk mengefektifkan desainer dalam menentukan atau memilih peralatan
penerangan dan merancang tata letak yang terbaik guna memenuhi kebutuhan
penerangan. Jenis data fotometri yang paling umum digunakan adalah:
- Koefisien utilisasi (pemanfaatan),
- Diagram performa iso candela,
- Faktor distribusi cahaya vertikal,
- Faktor distribusi cahaya lateral,
- Faktor deprisiasi (penyusutan) yang terdiri dari kurva pemeliharaan lumen, dan kurva penyusutan karena kotoran.
Tetapi dalam pertemuan kali ini akan kita bahas terlebih dahulu tentang koefisien utilisasi (penamfaatan), sedangkan yang lainnya akan kita bahas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
1. Koefisien
Utilisasi (Pemanfaatan)
Koefisien utilisasi (CU) adalah
perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dari luminer yang diterima pada permukaan
jalan dengan lumen yang dipancarkan oleh lampu. Kurva pemanfaatan
mendefinisikan seberapa banyak output lumen keseluruhan yang mencapai daerah
yang sedang diterangi oleh luminer yang digunakan untuk outdoor. Sebuah kurva pemanfaatan
untuk luminer kepala kobra dengan lampu HPS ditunjukkan dalam gambar di bawah
ini.
Gambar 1. Kurva Koefisien Utilisasi
Dua
kurva ditunjukkan pada grafik di atas, satu untuk sisi jalan (biasanya area yang
diinginkan untuk dinyalakan) dan satu untuk sisi rumah (arah jauh dari arah
menyala primer). Kurva jalan merupakan pemanfaatan lampu telanjang (tanpa
armatur) dalam persen, sebagai rasio jarak melintang terhadap peningkatan ketinggian
pemasangan.
Contoh
Perhitungan CU :
Gambar 2.Skema lampu penerangan jalan
Perhitungan
CU adalah sebagai berikut :
a. Untuk
mendapatkan CU area trotoar, masukkan kurva CU untuk sisi jalan (street) pada jarak
melintang yang benar untuk rasio ketinggian pemasangan, dalam hal ini rasionya 46/40
atau 1,15. Kemudian ikuti diagram diatas (gambar 1) hingga mencapai kurva jalan
(street) dan baca besarnya lumen yang dimanfaatkan (dalam persen), dalam hal ini dihasilkan 36
persen.
b. Untuk
mendapatkan CU area bahu jalan, masukkan kurva CU untuk sisi jalan (street)
pada jarak melintang yang benar untuk rasio ketinggian pemasangan, dalam hal
ini rasionya 10/40 atau 0,25. Kemudian ikuti diagram diatas hingga mencapai
kurva jalan (street) dan baca besarnya lumen yang dimanfaatkan (dalam persen), dalam
hal ini dihasilkan 10 persen.
c. CU
antara "segitiga" yang terbentuk dari luminer ke tepi trotoar terdekat
dikurangi dengan "segitiga" yang terbentuk dari luminer ke tepi trotoar
jauh kesamping, dihasilkan CU sekitar 26 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar