MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 PONTIANAK DALAM MELILIT KUMPARAN MOTOR LISTRIK MELALUI PRAKTIKUM INDIVIDU
Margiono
Teknik Ketenagalistrikan SMK Negeri 2 Pontianak
Abstract: Classroom action research is underway to address student
learning difficulties in the coil wrapped around the electric motor in class XI
Installation of Electric Power Engineering (TITL) SMK Negeri 2 Pontianak. It is
shown from the results of the previous school year learning (2011/2012), only some
19 people of 32 students or 60% of students who achieve a minimum passing grade
criteria (KKM) has been established, which is 70, while the remaining 13 people
out of 32 students or 40% of students have not reached the KKM. This study aims
to improve students' competencies and increased activity in the learning
process. Subjects were class XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak semester three (odd) academic
year 2012/2013 as many as 32 students. Implementation
research is conducted through two cycles, and each cycle consisted of planning,
action, observation, and reflection. Data retrieval is done using qualitative data analysis for observation
activities and attitudes of students, while the analysis of quantitative data for
daily tests (post-test) and test performance. From the analysis of the data
observation sheet student activity in the first cycle indicates that students
are always actively ask for 34.38%, is always answered by 43.75% active,
always-on response of 34.38%, is always self-employment by 40.63%, 75% always
serious, always able to conclude at 65.63%, and that always able to complete
the task on time by 71.88%. From the analysis of the data values attitudes, daily tests (post-test) and
performance test scores obtained in the first cycle average competency mastery
by 71 with a percentage of 71.87%. Furthermore, the implementation of the
second cycle of the action aspect of the observed activity of the students
found that the students are always actively ask to increase to 59.38%, always
on answering increased to 68.75%, is always actively responding increased to
78.13%, self-employment has always risen to 81.25%, is always a serious
increase to 93.75%, is always able to infer increased to 90.63%, and were always
able to complete the task on time increased to 84.38%. While the average value
of competency on the second cycle increased to 76 with learning completeness
percentage increased to 90.62%.Thus, the analysis of data on both the cycle
shows that an increase in the average value of student competencies in the coil
wrapped around the electric motor. Recommendations from this research is to
carry out practical work individually
as improvements in student competency coil wrapped around the electric
motor is very significant.
Keywords :
Individual Practice, Competency Based Learning
SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan yang
merupakan bagian dari system pendidikan di Indonesia, dalam melaksanakan tugas
menghasilkan tenaga kerja menengah terampil juga mengalami perubahan-perubahan,
baik perubahan kurikulum, pelaksanaan proses pembelajaran maupun system
eveluasi belajar seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada SMK terdapat 3
(tiga) kelompok mata pelajaran (kompetensi) yaitu kelompok mata pelajaran
normatif, kelompok mata pelajaran adaptif dan kelompok mata pelajaran
produktif. Kelompok mata pelajaran yang ketiga inilah yang banyak melakukan
kegiatan praktikum dalam pelaksanaan proses pembelajarannya guna menghasilkan
tamatan yang kompeten dan siap kerja. Biasanya praktikum yang dilakukan oleh
para siswa tergantung dari jumlah peralatan yang dimiliki oleh sekolah dan
jumlah rombongan belajar dalam satu kelas. Jika jumlah peralatan praktek tidak
sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas, maka pelaksanaan praktikum
dilakukan secara berkelompok. Hal inilah yang menyebabkan kompetensi setiap
siswa tidak merata dalam satu kelas, ada yang kompeten dan ada yang tidak,
hanya sebagian kecil saja siswa yang kompeten dan sebagian besar siswa lainnya
hanya menumpang untuk mendapatkan nilai.
Sehubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang selama ini
peneliti lakukan pada kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK
Negeri 2 Pontianak Semester 3 (ganjil) tahun pelajaran 2011/2012 juga ditemukan
beberapa permasalahan yaitu kompetensi siswa pada standar kompetensi
memperbaiki motor listrik hanya 60% yang mencapai kriteria ketuntasan minimum
(KKM) belajar yang telah ditetapkan yakni sebesar 70, sedangkan sisanya 40%
belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Permasalahan di atas mendorong perlunya ada perubahan proses
pembelajaran yang
harus dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya untuk menerapkan model-model pembelajaran yang efektif, efisien
dan menarik sesuai dengan karakteristik pendidikan kejuruan dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi sebagaimana
dipersyaratkan dalam implementasi KTSP di SMK.
Salah satunya model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah model pembelajaran berbasis kompetensi dengan metode praktikum
secara individu. Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas XI
Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Pontianak Dalam Melilit Kumparan
Motor Listrik Melalui Praktikum Individu”.
Dari uraian tersebut di atas
dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu sebagai berikut “Apakah ada peningkatan
kompetensi siswa kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak dalam melilit kumparan
motor listrik, jika pelaksanaan praktikum dilakukan secara individu “.
PTK ini bertujuan agar dapat
meningkatkan kompetensi siswa Kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak pada
semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam melilit kumparan motor
listrik.
Kompetensi adalah
kemampuan (ability) yang didasari oleh sejumlah potensi yang ada dalam diri
seseorang, sehingga ia memiliki kecakapan (capability atau skill) dalam
memecahkan persolan yang dihadapi. Oleh karena itu ukuran kompeten atau
tidaknya seseorang dilihat dari kemampuannya mencari jalan keluar yang terbaik
dalam menghadapi persoalan. Dengan kata lain kompetensi mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu tindakan secara efektif dan tindakan tersebut lahir
dari proses pengambilan keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Pengertian
tersebut sejalan dengan pendapat Spencer & Spencer dalam bukunya Anas
(2004) kompetensi merupakan karakter dan bagian dari kepribadian seseorang
(individu) yang terwujud sebagai performa (kinerja) dalam perilaku yang konsisten
dan dapat diprediksi dalam berbagai situasi atau pekerjaan yang dihadapi. Dan
menurut Depdiknas (2002) kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Sementara menurut lembaga
National Training Board Australia (1992) kompetensi adalah spesifikasi dari
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penerapan dari pengetahuan dan
keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan atau lintas industri, sesuai dengan standar
kinerja yang disyaratkan. Dengan demikian interpretasi mengenai prestasi atau
kompetensi belajar di sini adalah kecakapan nyata seorang siswa dari hasil
belajar baik pemahaman, keterampilan dan sikap yang telah dievaluasi dengan
menggunakan tes.
Prinsip, teknik dan penilaian
dalam dunia pendidikan bertitik tolak pada pendapat pedagogik yang menyatakan bahwa
fungsi sekolah sebagai lembaga yang mempunyai nilai dan tujuan adalah membentuk
subyek didik ke arah tujuan pendidikan tertentu, tak hanya mengutamakan
prestasi atau kompetensinya tetapi harus mengutamakan kebutuhan kepribadiannya
yang berhak akan pendidikan tersebut (Conny Semiawan, 1982). Dengan mengetahui
dasar filosofis tersebut maka seorang guru akan mampu memberikan penilaian
hasil belajar dengan benar, sehingga kompetensi belajar mencerminkan hasil
belajar yang diperoleh setiap siswa.
Dalam mengukur prestasi atau kompetensi
belajar siswa SMK terdapat bermacam-macam tes yang digunakan antara lain dengan
tes formatif (harian), tes sumatif dan pemberian tugas kurikuler serta
penilaian kepribadiannya yang kesemuanya itu dibuat dan ditentukan sendiri oleh
masing-masing guru. Kemudian dari hasil tes-tes dan tugas-tugas tersebut dapat
ditentukan dan dihitung nilai kompetensi belajarnya dalam bentuk angka.
Model pembelajaran
berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memfokuskan pada
apa yang dapat dilakukan oleh
siswa sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran kompetensi menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif merencanakan pembelajarannya, menggali
dan mengintepretasikan materi pembelajaran yang diperlukan. Dengan kata lain pembelajaran yamg mengarahkan kepada siswa untuk dapat menguasai
kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dunia kerja. Pembelajaran berbasis
kompetensi (competency based training), diharapkan siswa akan memperoleh
pengalaman belajar yang dapat mengembangkan potensinya masing-masing untuk
menguasai secara tuntas (mastery) tahap demi tahap kompetensi-kompetensi yang
sedang dipelajarinya, tanpa harus dibebani oleh hal-hal yang tidak terkait
dengan penguasaan kompetensi tersebut.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis
kompetensi adalah sebagai berikut :
· Menyusun materi
pembelajaran agar mudah dipahami, diurutkan dari yang mudah ke yang sukar.
· Menyusun materi
pembelajaran ke dalam bagian-baian (unit/topik) yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut terlalu banyak memahami konsep baru sekaligus.
· Menyampaikan tujuan dan
kriteria tes/ujian, sehingga siswa memiliki gambaran yang
jelas.
· Materi disampaikan
setiap unit (modular system), setelah siswa menguasainya
baru boleh melanjutkan ke topik/unit berikutnya.
· Menggunakan strategi
yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa itu sendiri.
· Memberikan umpan balik
yang konstruktif.
Metode (method) adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa atau mempraktekkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai
tujuan belajar (Fred Percival dan Henry Ellington, 1984). Metode juga diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku yang
digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran kepada siswa. Dengan demikian, metode merupakan suatu komponen pembelajaran yang sangat menentukan terciptanya
kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, sehingga kegiatan
pembelajaran berlangsung secara efektif
dan efisien.
Dalam konteks pembelajaran yang menyenangkan, suatu kegiatan pembelajaran
tidak selalu menjamin siswa dapat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun guru
merancang/mendesain suatu program pembelajaran, apabila tidak didukung dengan
pemilihan dan penggunaan metode yang tepat maka pembelajaran menjadi tidak
efektif. Atas dasar itu, metode dalam kegiatan pembelajaran berfungsi
menciptakan kondisi pernbelajaran yang memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh kemudahan dalam mempelajari bahan ajar.
Ciri‑ciri metode
yang berpeluang memfasilitasi siswa selama proses
pembelajaran, antara lain:
· Memungkinkan terciptanya
kondisi yang kondusif selama proses pembelajaran
· Memberikan kemudahan
bagi siswa dalam mempelajari bahan ajar selama proses pembetajaran
· Memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pernbelajaran
· Memungkinkan siswa memperoteh pengalaman belajar yang mencakup segenap potensi dalam dirinya
secara seimbang
· Memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman belajar yang
diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial).
· Mendorong
tumbuh-kembangnya kepribadian siswa, utamanya sikap
terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab dan toleran serta komitmen
terhadap nilai-nilai sosial-budaya bangsanya.
Telah diketahui terdapat
berbagai jenis metode pembelajaran, yang masing-masing metode mempunyai karakteristik sesuai dengan fungsinya.
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pengembangan suatu model
pembelajaran
antara lain yaitu :
·
Ceramah,
·
Diskusi,
·
Kerja kelompok,
·
Belajar bebas,
·
Studi perpustakaan,
·
Menggunakan media,
·
Praktik/latihan individu,
·
Belajar di laboratorium,
·
Karyawisata, tutorial,
·
OJT (On the Job Training),
·
Studi kasus,
·
Bermain game,
·
Aplikasi proyek
dan
·
Penugasan.
Sedangkan yang
relevan dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran praktek/ latihan
idividu.
METODOLOGI PENELITIAN
PTK ini dilaksanakan di bengkel (workshop)
Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Pontianak, yang beralamatkan di Jalan Khatulistiwa
No. 215 Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak,
Propinsi Kalimantan Barat dan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan
Juli sampai dengan September 2012 pada semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran
2012/2013.
Subyek penelitian tindakan kelas ini
adalah para siswa kelas XI TITL Semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013
SMK Negeri 2 Pontianak yang berjumlah 32 orang siswa.
PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan
aktivitas dan kompetensi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada
Program Studi Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, Kompetensi Keahlian Tekinik
Instalasi Tenaga Listrik, Standar Kompetensi Memperbaiki Motor Listrik dan
Kompetensi Dasar Melilit Kumparan Motor Listrik, Kelas XI Semester 3 (ganjil)
Tahun Pelajaran 2012/2013, melalui metode praktikum secara individu. Setiap
siklus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu Perencanaan, Tindakan,
Observasi dan Refleksi.
Teknik pengumpulan data dapat
berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam PTK ini yang digunakan adalah teknik
pengumpulan data berbentuk tes yaitu tes awal (pre tes) dan tes akhir (pos tes)
untuk mendapatkan data tentang kompetensi belajar siswa. Oleh karena penelitian
ini merupakan PTK maka digunakan juga metode pengamatan (observasi) untuk
mrngumpulkan data tentang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan praktikum secara individu.
Mengingat teknik pengumpulan data
yang digunakan pada PTK ini berbentuk tes dan observasi, maka alat (instrumen)
pengumpulan data yang diperlukan adalah:
· Lembar penilaian (berupa butir-butir soal dan lembar kerja)
· Lembar pengamatan (observasi)
· Daftar hadir dan nilai siswa.
Untuk mengetahui aktivitas dan kompetensi belajar siswa selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan (siklus) akan dikumpulkan data, lalu dianalisa dengan cara menafsirkan hasil pengamatan dan penilaian yang terekam dalam lembar observasi dan lembar evaluasi. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan dari setiap komponen yang diamati dan dinilai, adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dan penilaian pada setiap pertemuan (siklus). Untuk memudahkan, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, sehingga dapat dilihat perkembangan atau peningkatan aktivitas dan kompetensi belajar setiap siswa pada tiap siklus.
Untuk mengetahui prosentase aktivitas siswa dari masing-masing komponen yang diamati digunakan rumus sebagai berikut : PA = ( NA / Nr ) x 100%
Untuk mengetahui nilai sikap setiap siswa dari hasil lembar penilaian sikap digunakan rumus sebagai berikut : Nilai Sikap (Nat) = Σ(Sn) / (4xAtmax) X Smax
· Lembar penilaian (berupa butir-butir soal dan lembar kerja)
· Lembar pengamatan (observasi)
· Daftar hadir dan nilai siswa.
Untuk mengetahui aktivitas dan kompetensi belajar siswa selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan (siklus) akan dikumpulkan data, lalu dianalisa dengan cara menafsirkan hasil pengamatan dan penilaian yang terekam dalam lembar observasi dan lembar evaluasi. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan dari setiap komponen yang diamati dan dinilai, adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dan penilaian pada setiap pertemuan (siklus). Untuk memudahkan, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, sehingga dapat dilihat perkembangan atau peningkatan aktivitas dan kompetensi belajar setiap siswa pada tiap siklus.
Untuk mengetahui prosentase aktivitas siswa dari masing-masing komponen yang diamati digunakan rumus sebagai berikut : PA = ( NA / Nr ) x 100%
Untuk mengetahui nilai sikap setiap siswa dari hasil lembar penilaian sikap digunakan rumus sebagai berikut : Nilai Sikap (Nat) = Σ(Sn) / (4xAtmax) X Smax
Untuk mengetahui nilai kompetensi
setiap siswa digunakan rumus sebagai berikut : X = (Nilai Sikap +
Nilai Post tes + Nilai Unjuk Kerja) / 3
Untuk mengetahui rata-rata nilai kompetensi
belajar siswa dalam satu kelas digunakan rumus sebagai berikut : Y = Σfk / Σf
Untuk mengetahui prosentase
ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas digunakan rumus sebagai berikut : Pk = (Σfk / Σf) x 100%
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh
dari kegiatan observasi awal sebelum diberi tindakan seperti yang digambarkan
dalam kerangka berpikir, bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini
masih bersifat teacher centre. Artinya guru aktif mendominasi kegiatan
pembelajaran, sementara siswa terlihat
kurang aktif (pasif), terlihat diam saja dan hanya melaksanakan perintah guru,
seperti menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas praktek secara berkelompok.
Dari hasil observasi awal
tersebut dapat disimpulkan bahwa :
· Guru
masih menjadi pusat sumber belajar bagi siswa.
· Metode
yang digunakan masih belum memberi kesempatan dan perlakukan yang sama untuk
setiap siswa.
· Siswa
mengerjakan tugas praktek sesuai dengan lembaran kerja yang diberikan guru
secara berkelompok.
· Sangat
sedikit siswa yang bertanya dan menanggapi atau menjawab pertanyaan.
· Pada
saat pelaksanaan praktek perbaikan motor listrik secara berkelompok banyak
siswa yang diam saja, tetapi jika guru mendekatinya, siswa tersebut pura-pura
atau seolah-olah sedang bekerja.
· Pada
umumnya setiap siswa bersifat individual, sehingga siswa lain dalam satu
kelompok tidak mendapat kesempatan untuk mengerjakan tugas praktek.
· Pembelajaran
terlihat pasif dan kurang optimal.
· Prestasi
atau kompetensi belajar siswa biasa-biasa saja.
Kondisi seperti yang digambarkan
di atas, merupakan kondisi pembelajaran yang kurang baik dan kurang memberikan
motivasi dan kesempatan kepada setiap siswa untuk berkembang. Oleh karena itu
kondisi tersebut harus diubah menjadi sebuah pembelajaran yang bersifat student
cetre yaitu pembelajaran yang bertumpu pada keaktifan dan kreativitas siswa.
Menyadari akan hal itu, selanjutnya peneliti berupaya untuk mencarikan sebuah
alterntif metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap siswa untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya dalam proses
pembelajaran. Yang pada akhirnya peneliti memutuskan untuk menerapkan metode
pembelajaran dengan melaksanakan praktikum secara individu pada kompetensi
dasar melilit kumparan motor listrik.
Seperti yang telah dijelaskan di
muka, PTK ini terdiri dari 2 (dua) siklus pembelajaran, deskripsi penelitian
setiap siklus, hasil analisa data dan pembahasannya yang berupa hasil pengamatan
aktivitas guru dan siswa, pengamatan sikap siswa sebagai penilaian afektif, tes
akhir (post tes) sebagai penilaian kognitif, tes unjuk kerja sebagai penilaian
psikomotorik akan diuraikan sebagai berikut.
1. Deskripsi Penelitian
Siklus I
a.
Deskripsi
Data
1) Aktivitas Guru
Berdasarkan pengamatan observer yang
diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran,
bahwa guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik pada rentang
nilai B (80 – 89).
Berdasarkan pengamatan observer, siswa
terlihat selalu aktif saat mengikuti proses pembelajaran dengan melaksanakan
praktek secara individu. Hal tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1: Aktivitas
Siswa Pada Siklus I
No
|
Aktivitas Yang
Diamati
|
Kuantitas
|
|
Jumlah Siswa
|
Prosentase (%)
|
||
1.
|
Bertanya
|
11
|
34,38
|
2.
|
Menjawab
|
14
|
43,75
|
3.
|
Menanggapi
|
11
|
34,38
|
4.
|
Kemandirian
|
13
|
40,63
|
5.
|
Keseriusan
|
24
|
75,00
|
6.
|
Kemampuan menyimpulkan
|
21
|
65,63
|
7.
|
Kemampuan menyelesaikan tugas praktek tepat waktu
|
23
|
71,88
|
3) Nilai Kompetensi
Siswa
Dari penilaian sikap siswa, penilaian
tes tertulis dan penilaian tes unjuk kerja selama proses pembelajaran, maka
diperoleh nilai kompetensi setiap siswa dalam satu kelas yang dapat dijelaskan
sebagai berikut: bahwa siswa yang mempunyai kompetensi lebih baik dari nilai
batas lulus (nilai KKM) baru mencapai 15,62%, untuk siswa yang telah mencapai
nilai batas lulus (nilai KKM) mencapai 56,25%, sedangkan siswa yang belum
memiliki kompetensi (tidak kompeten) mencapai 28,13%.
b.
Hasil
Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data observasi
dan data evaluasi proses pembelajaran, telah diketahui bahwa pembelajaran
melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum secara individu
dapat berlangsung dengan baik dan optimal.
Dari hasil observasi selama proses
pembelajaran, aktivitas siswa sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan.
Dari sejumlah 32 orang siswa, siswa yang selalu aktif bertanya baru sebanyak 11
orang (34,38%), yang selalu aktif menjawab baru sebanyak 14 orang (43,75%),
yang selalu aktif menanggapi baru
sebanyak 11 orang (34,38%), yang selalu kerja mandiri baru sebanyak 13 orang
(40,63%), yang selalu serius sebanyak 24 orang (75,00%), yang selalu mampu
menyimpulkan baru sebanyak 21 orang (65,63%) dan yang selalu mampu
menyelesaikan tugas praktek tepat waktu sebanyak 23 orang (71,88%).
Rata-rata nilai kompetensi siswa
dalam satu kelas yang diperoleh dari nilai sikap, nilai tes akhir (post tes)
dan nilai tes unjuk kerja sebesar 71, termasuk dalam kategori baik karena telah
melamapaui batas KKM yang telah ditetapkan yakni sebesar 70. Namun perolehan
nilai tersebut masih perlu ditingkatkan lagi, karena ketuntasan belajar siswa
baru mencapai 71,87% atau sebanyak 23
orang siswa yang tuntas, sedangkan siswa yang belum tuntas (nilainya < 70)
masih sebanyak 9 orang siswa (28,13%). Kemungkinan hal itu disebabkan oleh
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran belum maksimal dan
optimal, sehingga pencapain kompetensi dan ketuntasan belajar siswa dalam melilit
kumparan motor listrik juga belum optimal. Hal ini akan diperbaiki atau
ditingkatkan pada siklus II.
c.
Refleksi
Sesuai dengan hasil pengamatan,
penilaian dan analisa kompetensi siswa dalam melilit kumparan motor listrik,
maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1)
Perlu
dilaksanakan proses pembelajaran pada siklus II dengan melakukan desain ulang,
seperti mengoptimalkan aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2)
Siswa
diwajibkan membuat rencana, analisa dan kesimpulan praktek dalam bentuk laporan
praktek.
3)
Siswa
diwajibkan melakukan presentasi dan memper tanggung jawabkan laporan hasil
praktek.
2.
Deskripsi
Penelitian Siklus II
a.
Deskripsi
1)
Aktivitas
Guru
Berdasarkan pengamatan observer yang
diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran,
bahwa guru sangat mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan sangat baik
pada rentang nilai A (90 – 100). Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan
aktivitas guru dalam proses pembelajaran jika dibandingkan dengan aktivitas
guru dalam proses pembelajaran siklus I.
2)
Aktivitas
Siswa
Berdasarkan pengamatan observer,
terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa saat mengikuti proses
pembelajaran dengan melaksanakan praktek secara individu. Hal tersebut
diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
siklus II.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2: Aktivitas Siswa Pada Siklus II
No
|
Aktivitas Yang
Diamati
|
Kuantitas
|
|
Jumlah Siswa
|
Prosentase (%)
|
||
1.
|
Bertanya
|
19
|
59,38
|
2.
|
Menjawab
|
22
|
68,75
|
3.
|
Menanggapi
|
25
|
78,13
|
4.
|
Kemandirian
|
26
|
81,25
|
5.
|
Keseriusan
|
30
|
93,75
|
6.
|
Kemampuan menyimpulkan
|
29
|
90,63
|
7.
|
Kemampuan menyelesaikan tugas praktek tepat
waktu
|
27
|
84,38
|
3)
Nilai
Kompetensi Siswa
Nilai kompetensi siswa yang diperoleh
dari penilaian sikap, penilaian tes tertulis dan penilaian tes unjuk kerja pada
siklus II juga terlihat terdapat peningkatan yang cukup signifikan, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: bahwa siswa yang mempunyai kompetensi lebih baik
dari nilai batas lulus (nilai KKM) meningkat mencapai 18,75%, untuk siswa yang
telah mencapai nilai batas lulus (nilai KKM) juga meningkat mencapai 71,87%,
sedangkan siswa yang belum memiliki kompetensi (tidak kompeten) menurun hingga
tinggal 9,38%.
b.
Hasil
Analisa Data
Dengan memperbaiki kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dan mewajibkan siswa untuk merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan hasil
praktek dalam bentuk laporan serta mewajibkan siswa untuk mempresentasikan dan
mempertanggung jawabkan laporan hasil praktek, telah diketahui bahwa
pembelajaran melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum
secara individu pada siklus II mengalami perkembangan atau peningkatan yang
lebih optimal.
Dari hasil observasi selama proses pembelajaran siklus II, aktivitas
siswa juga mengalami pekembangan atau peningkatan. Dari sejumlah 32 orang
siswa, siswa yang selalu aktif bertanya meningkat sebanyak 19 orang (59,38%),
yang selalu aktif menjawab meningkat sebanyak 22 orang (68,75%), yang selalu
aktif menanggapi meningkat sebanyak 25
orang (78,13%), yang selalu kerja mandiri meningkat sebanyak 26 orang (81,25%),
yang selalu serius meningkat sebanyak 30 orang (93,75%), yang selalu mampu
menyimpulkan meningkat sebanyak 29 orang (90,63%) dan yang selalu mampu
menyelesaikan tugas praktek tepat waktu juga meningkat sebanyak 27 orang (84,38%).
Rata-rata nilai kompetensi siswa
dalam satu kelas pada siklus II meningkat menjadi 76 dan ketuntasan belajar
siswa juga meningkat mencapai 90,62%
atau sebanyak 29 orang siswa yang tuntas, sedangkan siswa yang belum
tuntas (nilainya < 70) menurun tinggal 3 orang siswa (9,38%).
c.
Refleksi
Dengan memperhatikan data hasil
kompetensi siswa dan hasil pengamatan aktivitas baik guru dan siswa dalam
pembelajaran melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum
secara individu pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
kompetensi siswa dalam melilit kumparan motor listrik, hal ini dibuktikan
dengan hasil penilaian kompetensi belajar siswa yang rata-rata kelasnya sebesar
76 dan ketuntasan belajarnya mencapai 90,62%.
Berdasarkan hasil penilaian pada siklus
I kompetensi belajar siswa dalam melilit kumparan motor listrik memang sudah
baik, namun kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh kurang maksimal dan
optimalnya aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga perlu
dilanjutkan atau dioptimalkan pada siklus II. Sedangkan pada siklus II, hasil
penilaian kompetensi belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yang
signifikan, hal ini disebabkan telah optimalnya akativitas guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Data hasil penilaian kompetensi belajar siswa pada siklus
I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3 : Kompetensi
Belajar Siswa Pada Siklus I dan II
No
|
Rentang Nilai
Kompetensi
|
Jumlah Siswa
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1.
|
Di atas 80
|
5
|
6
|
2.
|
70 – 80
|
18
|
23
|
3.
|
Kurang dari 70
|
9
|
3
|
Jumlah Siswa
|
32
|
32
|
Pada tabel di atas terlihat jelas
bahwa nilai kompetensi siswa yang di atas 80 meningkat dari 5 orang siswa
menjadi 6 orang siswa, untuk nilai batas tuntas juga meningkat dari 18 orang
siswa menjadi 23 orang siswa, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas (tidak
kompeten) menurun dari 9 orang siswa menjadi 3 orang siswa. Untuk nilai
rata-rata kompetensi siswa dalam satu kelas juga terajdi peningkatan dari 71
pada siklus I menjadi 76 pada siklus II.
Dengan memperhatikan perubahan nilai
kompetensi masing-masing siswa, nilai rata-rata kompetensi siswa dalam satu
kelas dan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode praktikum secara
individu pada saat praktek melilit kumparan motor listrik ternyata dapat
meningkatkan kompetensi siswa kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak dengan
signifikan baik dalam ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan
praktikum secara individu dalam pembelajaran melilit kumparan motor listrik
ternayata dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2
Pontianak. Selain itu guru juga dapat mengintropeksi diri dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan praktikum secara individu
dapat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap siswa dalam beraktivitas
melakukan praktek melilit kumparan motor listrik, sehingga setiap siswa dapat
meningkatkan kompetensi belajarnya. Jadi dengan melaksanakan praktikum secara
individu dalam prkatek melilit kumparan motor sangat tepat untuk diterapkan dan
dilanjutkan.
Setelah melakukan penelitian tindakan
kelas, dirasakan ada perubahan siswa dalam pembelajaran melilit kumparan motor
listrik, yaitu berupa peningkatan aktivitas dan keberanian siswa dalam
melaksanakan praktek setelah menerapkan metode pembelajaran praktikum secara
individu. Sehubungan dengan hal tersebut, dirasa perlu memberikan masukan dan
saran kepada guru :
1. Agar
lebih meningkatkan pengetahuan tentang penerapan strategi, model dan metode
pembelajaran, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses
pembelajaran di kelasnya.
2. Agar
memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada setiap siswa, khususnya
dalam pembelajaran praktek yang menuntut kompetensi setiap siswa..
3. Agar
memberikan penilaian kepada setiap siswa dan bukan kepada kelompok siswa, yang
mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
4. Agar
melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penerapan metode
praktikum secara individu dalam proses pembelajaran praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Zulfikri (2004). Menciptakan Keunggulan Layanan Terhadap Peserta Didik Dalam Upaya
Membangun Karakter Per Individu Siswa (Modul Workshop Kurikulum), Jakarta:
Puskur Balitbang Dediknas.
Depdiknas (2004). Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Ditjen Dikti.
Depdiknas
(2008). Pengembangan dan Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Ditjen Managemen Dikdasmen, Dit
PSMK.
Depdiknas (2008). Pengelolaan Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Ditjen Managemen Dikdasmen, Dit PSMK.
Kemdikbud (2012). Bahan Ajar Diklat Asistensi dan Bimbingan Penelitian Tindakan Kelas. Medan
: P4TK BBL.
Mohammad Asrori
(2008). Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung : Wacana Prima.
Nasution (1992). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Qoeljoe dan Gazali
(1955). Dedaktik Umum. Bandung :
Tarsito.
Ridwan A. Sani & Sudiran (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui
Penelitian Tindakan Kelas. Medan : Cita Pustaka.
Woodworth dan Marquis
(1951). Psychology. New York : Henry
Hold Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar