Metode E-Learning Sistem Blog
Oleh
: Drs. Margiono Abd.*
Proses belajar mengajar
adalah inti dari aktivitas dalam pembelajaran. Proses ini terjadinya interaksi
antara guru dan siswa serta dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses
tersebut. Hal ini menyebabkan metode belajar siswa juga dipengaruhi oleh metode
pembelajaran dari gurunya. Seiring dengan perkembangan telekomunikasi yang ditandai
dengan era digital, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), tentunya proses belajar mengajar juga menuntut adanya penyesuaian atau
linearitas institusi pendidikan dalam penggunaan metode pembelajaran.
Dengan adanya realita
tersebut, SMK jelas memerlukan sarana dan prasarana TIK untuk menunjang
kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada,
khususnya untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Konsep pendidikan
yang semakin berkembang dan banyak diadopsi belakangan ini adalah berbasis pada
learning approach dan sedikit demi sedikit meninggalkan konsep sebelumnya yang
berbasis teaching approach. Pada konsep learning approach penyampaian ilmu
pengetahuan, dan juga termasuk proses pembelajaran adalah berbasis multimedia
(elektronik). Konsep ini kemudian dikenal dengan sebutan e-learning yang
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke
dalam bentuk digital, baik secara isi (content) maupun sistemnya. Konsep ini
menjadi alternatif yang sepadan dengan konsep teaching approach yang berbasis
pada guru.
Menyikapi perkembangan TIK
tersebut menyebabkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran dari metode
konvensional digantikan dengan metode e-learning. Menurut Fery Hadary (2012) metode
conventional learning memiliki beberapa ciri, yaitu: 1) pembelajaran tergantung
pada guru; 2) seluruh kegiatan pembelajaran terpusat di sekolah (tatap muka di
ruangan kelas); 3) guru merupakan sumber
ilmu; 4) dibatasi jarak, ruang dan waktu; dan 5) harus memiliki sarana dan
prasarana pembelajaran yang memadai serta SDM guru yang memahami setiap materi
kompetensi yang akan diajarkan. Sedangkan ciri-ciri e-learning adalah: 1)
pembelajaran tidak tergantung kepada guru; 2) banyaknya sumber materi dan
kemudahan akses; 3) peran guru hanya sebagai mediator dan fasilitator (pembimbing);
4) proses pembelajaran tidak terkendala jarak, ruang dan waktu.
Merujuk dari ciri-ciri kedua
metode di atas, maka nge-Blog adalah sebuah alternatif metode proses pembelajaran
yang bersifat e-learning dan berbasis student centered. SMK yang ingin menggunakan
TIK untuk penerapan e-learning biasanya menggunakan Learning Management System
(LMS) untuk menyediakan virtual classroom (ruang kelas maya) di internet.
Virtual classroom yang dimiliki biasanya memiliki banyak metafora ruang kelas
konvensional seperti forum diskusi, pengumpulan tugas, katalog/perpustakaan
bahan ajar, katalog hyperlink dan lain sebagainya.
Selain untuk peningkatan
proses pembelajaran, “keharusan” guru untuk nge-blog juga didasari pada beberapa
alasan, menurut Yuyun Estriyanto (2008) dalam tulisan Fery Hadary (2012)
nge-blog bagi seseorang adalah untuk alasan sebagai berikut: 1) personal
branding, 2) soft marketing, 3) mengenalkan core kompetensi kepada publik, 4)
memberikan pencerahan pemikiran kepada masyarakat.
Dari sejumlah alasan
tersebut, alasan butir 1 sampai dengan 3 pada intinya sama dan saling
berkaitan. Personal branding dibutuhkan untuk pembentukan citra diri, hal ini dilakukan
untuk mengenalkan kompetensi guru tersebut kepada masyarakat. Tujuannya
“Menjual diri” (dalam artian menjual profesionalitas). Ketika telah ditanamkan
kepada masyarakat bahwa guru tersebut adalah ahli dalam suatu bidang, maka
dengan sendirinya jika memerlukan tenaga ahli pada bidang tersebut maka guru
tersebut yang akan dipercaya untuk melakukan pekerjaan itu. Sedangkan alasan
butir ke-4, sebenarnya dilandasi dari suatu image yang ada pada masyarakat
bahwa guru adalah profesi dengan strata sosial tinggi di masyarakat. Bukan pada
kemampuan finansialnya, melainkan pada kompetensi akademiknya atau
intelektualitasnya. Oleh karena itu, sangat pantas jika guru seharusnya bisa
memberikan sumbang pemikiran mengenai kondisi sosial masyarakat dalam berbagai
aspek kehidupan berdasarkan pada latar belakang keilmuan yang dimilikinya.
Jika guru dan siswa sudah
memiliki blog, maka bagaimanakah mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran?
Ada beberapa cara, diantaranya para guru dapat menggunakan blog untuk
menampilkan informasi kompetensi pembelajaran yang diampu, bahan ajar yang siap
diunduh atau dicopy-paste oleh siswa, daftar hyperlink sebagai referensi,
memberikan tugas dan menampilkan hasil penelitan guru. Karena fitur pada blog
memungkinkan memberikan pertanyaan dan komentar atas artikel atau bahan ajar
yang tersedia, maka komunikasi pun akan berjalan dua arah dan interaktif, baik
dari guru ke siswa maupun sebaliknya.
Cara yang lain adalah ketika
memberikan tugas kepada siswa, maka guru tersebut menerangkannya secara lisan
dan kemudian menampilkannya pada blog. Siswa yang akan mengumpulkan tugas
diminta untuk menampilkan jawaban dari tugas tersebut dalam blog pribadi siswa.
Penilaian diberikan dengan cara guru tersebut mengunjungi blog siswa untuk
kemudian memberikan komentar tentang jawaban tugas yang telah dibuat siswa.
Cara ini memberikan arti bahwa siswa tidak hanya bertanggung jawab atas jawaban
tugas tersebut kepada guru saja, melainkan bertanggung jawab pula kepada public
(pengguna internet sebagai pembaca).
Integrasi blog dalam aktifitas
proses belajar mengajar seperti ini secara otomatis meningkatkan waktu “tatap
muka” guru dan siswa. Diskusi yang terekam dalam fasilitas komentar yang
tersedia pada blog juga dapat menjadi referensi tambahan bagi para pembaca blog
dan dapat dilihat serta dibaca kapan saja. Selain mendidik dan mengenalkan
siswa menulis melalui media internet, cara-cara ini juga mampu mendongkrak nama
institusi pendidikan di dunia maya serta melatih siswa untuk berbagi ilmu
dengan orang lain.
Jika membicarakan blog sebagai
suatu sub-sistem yang terintegrasi, maka akan ada pula beberapa sub-sistem yang
saling berkaitan serta saling memengaruhi, karena proses pembelajaran merupakan
sebuah input dan output yang diharapkan berkualitas. Agar proses pembelajaran
yang diharapkan berkulaitas, tentunya sistem tersebut harus memiliki karakteristik
sebagai system umpan balik (feedback system). Fungsi Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) maupun dinas pendidikan yang terkait diharapkan dapat
menjamin mutu atau kualitas dari proses pembelajaran yang dihasilkan. Tentunya
objek (plant) yang akan dikendalikan adalah content yang ada pada blog
tersebut. Konsep ini juga menjelaskan bahwa blog yang merupakan salah salah
satu sub-sistem sebenarnya digerakkan oleh guru dan siswa selaku pelaku aktivitas
proses pembelajaran. Sedangkan kurikulum (silabus) yang berbasis pada capaian
(ketuntasan) SKKD merupakan pengendalinya (controller).
Dengan adanya integrasi antar
sub-sistem tersebut diharapkan akan menghasilkan proses pembelajaran yang tidak
hanya melibatkan peran aktif guru, tetapi juga siswa, agar menghasilkan proses
pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, adakah alasan metode
e-learning sistem nge-Blog ini untuk tidak diterapkan oleh guru ???
Anda bisa juga membaca artikel ini di Web SMKN 2 Pontianak dengan cara klik di bawah ini :
Artikel Metode E-Learning Sistem Blog
Thank's for your attention
BalasHapusGambar lilitan dinamo pompa air 125watt & 16 alur tolong bossboss.
BalasHapus