Sebagaimana
telah disebutkan pada bahasan sebelumnya, bahwa biogas dapat dihasilkan dari
proses pembusukan bahan-bahan organik, yaitu bahan yang dapat membusuk dalam
waktu yang relatif singkat. Contoh bahan organik seperti misalnya tumbuh-tumbuhan
termasuk kayu, kotoran ternak, sampah atau limbah rumah tangga sisa bahan
makanan, jerami sisa hasil panen di sawah dan sebagainya. Tentunya bahan
organik berbeda dengan bahan non-organik, seperti misalnya plastik, pvc,
sterofoam dan sebagainya. Bayangkan plastik yang kita buang ke sembarang tempat
menurut beberapa penelitian tidak akan membusuk hingga 50 tahun kemudian.
Biogas dapat terjadi akibat adanya
fermentasi, yaitu penguraian metabolik senyawa organik oleh mikro-organisme
(bakteri) yang akan menghasilkan energi, pada umumnya berlangsung dalam kondisi
anaerobik (kondisi tanpa oksigen). Contoh hasil fermentasi yang mudah kita
temui dalam kehidupan sehari-hari adalah tempe yang berasal dari kacang kedelai
dan tape yang berasal dari ubi kayu (singkong), ubi rambat (ketela) atau beras
ketan.
Biogas yang dihasilkan dari kotoran
sapi misalnya juga dapat terjadi akibat adanya fermentasi tadi. Kotoran sapi
dimasukkan ke dalam suatu tempat berupa tabung yang disebut dengan digester atau
tangki pencerna. Proses terjadinya gas di dalam tangki pencerna tersebut dapat
terjadi dengan bantuan beberapa bakteri seperti kelompok bakteri fermentatif,
bakteri metana dan sebagainya.
Ada beberapa persyaratan agar proses
terjadinya gas dapat maksimal, yaitu :
a. Pelarutan yang konsisten (pengadukan teratur dan merata).
b. Nilai pH atau derajat keasaman yang ideal (nilai pH yang
ideal adalah 7). Jika pH > 8 maka sebaiknya ditambahkan kapur untuk
mengurangi derajat keasaman yang tinggi, dan jika terlalu rendah atau pH < 5
maka perlu tambahan kotoran hewan tanpa campuran air ke dalam tangki pencerna.
c. Temperatur ± 35°C.
d. Perbandingan Carbon-Nitrogen (C:N) yang sesuai.
e. Kadar racun dari kotoran ternak harus diperhatikan.
f. Tidak terdapat bahan yang dapat membunuh bakteri, misalnya
air sabun.
Segera setelah kotoran hewan
dimasukkan ke dalam tangki pencerna, maka proses pembentukan gas akan terjadi
dalam waktu antara 2–5 hari kemudian, tergantung kepada kondisi-kondisi yang
telah disebutkan di atas. Setelah gas pertama terbentuk maka proses pembentukan
biogas selanjutnya akan berlangsung selama 50 hari, dengan waktu puncak pada sekitar
hari ke 35. Temperatur sangat menentukan lamanya proses pencernaan di dalam
tangki pencerna atau yang disebut digester (lihat gambar 1). Bila temperatur
meningkat, maka produksi biogas juga akan meningkat sesuai dengan batas-batas
kemampuan bakteri mencerna kotoran hewan tadi atau sampah organik.
Gambar 1. Skema rekator biogas
Biogas adalah
gas yang mudah terbakar, karena unsur utama dan terbesar dalam kandungan biogas
adalah methane. Methane adalah
zat berbentuk gas yang tidak kelihatan dan berbau. Gas ini berwarna biru, tidak
berasap dan lebih panas dari minyak tanah, arang, dan bahan bakar konvensional
lainnya. Komposisi dari biogas pada umumnya adalah sebagai berikut :
Tabel
1. Komposisi Biogas
No.
|
Senyawa
|
Simbol
|
Prosentase (%)
|
1
|
Methane
|
CH4
|
50
– 70
|
2
|
Carbon Dioksida
|
CO2
|
30
– 40
|
3
|
Hidrogen
|
H2
|
5
– 10
|
4
|
Nitrogen
|
N2
|
1
– 2
|
5
|
Uap air
|
H2O
|
0,3
|
6
|
Hidrogen Sulphida
|
H2S
|
Sangat
kecil
|
Pada proses terjadinya gas disebutkan bahwa salah satu persyaratan agar proses terjadinya biogas dapat maksimal adalah perbandingan Carbon-Nitrogen (C:N) yang sesuai. Yang dimaksud disini adalah bahwa perbandingan antara unsur C dan N pada bahan biogas akan menentukan campuran air yang diperlukan. Perbandingan antara unsur C dan N dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Sebagai contoh misalnya untuk pemakaian kotoran sapi sebagai bahan biogas, maka perbandingan takaran antara kotoran sapi dengan air yang digunakan adalah 1 : 2, artinya setiap 1 bagian kotoran sapi harus digunakan air sebanyak 2 bagian. Sedangkan untuk kotoran babi perbandingan dengan air yang digunakan adalah 1 : 1, artinya setiap 1 bagian kotoran babi harus digunakan air sebanyak 1 bagian.
Tabel 2. Perbandingan C dan N pada berbagai materaial biogas
No.
|
Material
|
Perbandingan C dan N
|
1
|
Kotoran bebek
|
8
|
2
|
Kotoran manusia
|
8
|
3
|
Kotoran ayam
|
10
|
4
|
Kotoran kambing
|
12
|
5
|
Kotoran babi
|
18
|
6
|
Kotoran domba
|
19
|
7
|
Kotoran sapi/kerbau
|
24
|
8
|
Eceng gondok
|
25
|
9
|
Kotoran gajah
|
43
|
10
|
Jerami jagung
|
60
|
11
|
Jerami padi
|
70
|
12
|
Jerami gandum
|
90
|
13
|
Serbuk gergajian
|
200
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar