Perangkat elektronik
seperti audio amplifier, charger aki, UPS dan sebagainya membutuhkan tegangan
rendah sebelum disearahkan dengan rectifier agar menjadi tegangan rendah arus
searah (DC). Untuk mendapatkan tegangan rendah tersebut biasanya digunakan
trafo penurun tegangan atau biasa disebut trafo step-down. Di pasaran banyak
macam bentuk dari trafo step-down tersebut antara lain :
- Trafo bentuk kotak, biasanya menggunakan
inti (kern) EI, M dan UI
- Trafo bentuk donat, biasanya menggunakan
inti (kern) toroid.
Untuk pembuatan trafo step-down bentuk kotak yang menggunakan inti (kern)
EI, M dan UI tidak akan penulis bahas pada pembahasan kali ini, karena telah
penulis bahas pada buku “Merancang dan Membuat Trafo Daya Kecil”. Dengan
demikian pada pembahasan kali ini penulis akan menjelaskan cara merancang dan
membuat trafo step-down bentuk donat yang menggunakan inti (kern) toroid. Oke
langsung saja kita mulai penjelasannya dan jangan lupa menyimak ya, agar sobat
bloger bisa dengan mudah dan cepat memahaminya !!!
Langkah-langkah untuk merancang dan membuat trafo step-down bentuk donat
antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menentukan
Ukuran Inti (Kern) Trafo
Sesuai
namanya trafo toroid, bentuk inti (kern)-nya berupa susunan plat besi tipis
yang disusun secara melingkar menyerupai donat (memiliki lubang di tengahnya). Perlu dipahami bahwa syarat inti (kern) haruslah
besi murni tanpa kandungan baja, agar tidak menimbulkan induksi magnet permanen
pada saat terinduksi oleh medan listrik. Dengan demikian induksi fluktuatif
dari medan listrik arus bolak-balik (AC) dapat ditransformasikan dengan baik. Untuk
itu dalam membuat inti (kern) pilihlah lembaran plat tipis yang harus dibakar terlebih
dahulu sampai memerah beberapa lama, lalu dibiarkan mendingin secara alami
tanpa disiram air atau bahan pendingin lainnya. Pembakaran ini dimaksudkan
untuk menghilangkan kadar baja yang terkandung dalam plat tipis tersebut.
Dalam menentukan ukuran inti (kern) toroid ini kita harus menentukan terlebih dahulu kapasitas atau daya trafo toroid yang akan kita buat. Sebagai contoh kita akan membuat trafo toroid dengan daya 900 watt, tegangan primer 220 volt dan tegangan sekunder 2 x 45 volt (CT), maka luas penampang inti adalah : Afe = √900 = 30 cm².
Dalam menentukan ukuran inti (kern) toroid ini kita harus menentukan terlebih dahulu kapasitas atau daya trafo toroid yang akan kita buat. Sebagai contoh kita akan membuat trafo toroid dengan daya 900 watt, tegangan primer 220 volt dan tegangan sekunder 2 x 45 volt (CT), maka luas penampang inti adalah : Afe = √900 = 30 cm².
Dengan demikian dapat kita tentukan
tinggi inti toroid adalah √30 = 5,48 cm maka jari-jari penampang lingkaran
toroid adalah 30 / 5,48 = 5,47 cm atau tebal plat tipis yang kita gulung
melingkar adalah setebal 5,47 cm dengan jari-jari lubang toroid (R dalam)
sepanjang 5,48 + 5,47 = 10,95 cm, sehingga panjang jari-jari luar (R luar)
adalah jari-jari lubang (R dalam) + tebal gulungan plat tipis = 10,95 + 5,47 =
16,42 cm. Jika ditimbang berat inti (kern) untuk trafo daya 900 watt sekitar 8
– 15 Kg.
Gambar 1. Inti (kern) trafo bentuk toroid
2. Mempersiapkan
Inti (Kern) Trafo
Lapisi inti (kern) trafo dengan
prespan yang terbuat dari kertas warna hijau/coklat atau mika warna putih susu, agar kawat email yang
akan kita gulung tidak mudah tergores oleh inti trafo yang dapat mengakibatkan
kumparan terhubung singkat.
3. Menentukan
Ukuran Kawat Kumparan
Seperti yang telah dijelaskan pada
rancangan trafo dengan inti (kern) berbentuk EI, M atau UI di buku “Merancang dan Membuat Trafo Daya
Kecil” berlaku juga pada rancangan trafo dengan inti berbentuk toroid bahwa
untuk menentukan diameter kawat kumparan primer dan sekunder, arus pada tiap
kumparan harus ditentukan dari besarnya daya trafo dibagi dengan tegangan
kumparan tersebut :
I1 = N1 / E1 dan I2 = N2 / E2
dimana : I1 = arus primer
N1 = lilitan primer
E1 = tegangan primer
I2 = arus sekunder
N2 = lilitan sekunder
E2 = tegangan sekunder
Selanjutnya
nilai penampang kawat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Penampang
kawat kumparan primer : q1 = I1 / s
Deameter
kawat kumparan primer : d1 = √ (4.q1) / π
Penampang
kawat kumparan sekunder : q2 = I2 / s
Deameter
kawat kumparan sekunder : d2 = √ (4.q2) / π
dimana : q1 = penampang kawat lilitan primer
d1 = diameter kawat lilitan primer
q2 = penampang kawat lilitan sekunder
d2 = diameter kawat lilitan sekunder
s = kerapatan atau kepadatan arus (3 - 5 A/mm²
dimana : q1 = penampang kawat lilitan primer
d1 = diameter kawat lilitan primer
q2 = penampang kawat lilitan sekunder
d2 = diameter kawat lilitan sekunder
s = kerapatan atau kepadatan arus (3 - 5 A/mm²
Dalam hal ini dapat dihitung bahwa arus
primer adalah : I1 = 900 / 220 = 4 A. Dengan demikian dengan menetapkan
kepadatan arus (s) sebesar 3 A/mm² maka besarnya penampang kawat kumparan
primer q1 = 4 / 3 = 1,33 mm², sehingga diameter kawat kumparan primer :
d1
= √ (4 x 1,33) / 3,14
= √ 1,69
= 1,3 mm.
Sedangkan
untuk arus sekunder adalah : I2 = 900 / 45 = 20 A. Dengan demikian dengan
menetapkan kepadatan arus (s) sebesar 3 A/mm² maka besarnya penampang kawat
kumparan sekunder q2 = 20 / 3 = 6,66 mm², sehingga diameter kawat kumparan
sekunder :
d2 = √ (4 x 6,66) / 3,14
= √ 8,48
= 2,9 mm.
4. Menghitung
Jumlah Lilitan Trafo
Untuk menenetukan jumlah liltan
primen dan lilitan sekunder trafo bisa menghitung terlebih dahulu gulungan per
volt (GPV)-nya, bisa juga langsung menghitung jumlah lilitan/gulungan primer
(N1) dan gulungan sekunder (N2) sesuai dengan besarnya tegangan primer (E1) dan
tegangan sekunder (E2) yang diinginkan.
Rumus untuk menentukan jumlah lilitan
primer : N1 = E1 / (4,44 x Afe x Bm x f) dan jumlah lilitan sekunder N2 = E2 / (4,44 x Afe x Bm x f)
Dimana : Afe = luas penampang inti (kern)
besi
Bm = flux density
f = frekwensi jaringan listrik
dengan
mengambil f = 50 Hz dan Bm = 10-4 wb/cm², maka rumus tersebut
menjadi : N1 = 4,5 x (E1 / Afe). Kalau diambil faktor 110% atau 1,1 untuk
memperhitungkan kerugian tegangan trafo dalam kondisi berbeban maka rumus
teserbut di atas menjadi : N1 = 1,1 x 4,5 x (E1 / Afe) atau 49,5 x (E1 / Afe) dan N2 = 49,5 x (E2 / Afe). Sehingga
dalam raancangan trafo toroid ini dapat dihitung :
N1 = 49,5 x (220 / 30)
= 49,5 x 7,3
= 361 lilit
N2 = 49,5 x (Vs / Afe)
= 49,5 x ( 45 / 30)
= 49,5 x 1,5
= 74 lilit (untuk CT = 2 x 74 lilit)
5. Menggulung/Melilit
Kawat Pada Inti (Kern)
Pada
tahap ini yang pertama dikerjakan adalah menggulung kawat email pada sebilah
bambu sepanjang 25 - 50 cm dengan tujuan agar mempermudah memasukkan dan
mengeluarkan kawat email melewati lubang lingkaran inti kern saat proses
melilit. Berikutnya tinggal melilitkan kawat email pada lingkaran inti kern
yang telah terbalut kertas isolator (prespan). Tentunya dengan memakai azas
jari tangan kanan, yaitu sebagaimana tangan kanan memegang inti kern, arah
ujung keempat jari adalah arah melingkarnya kawat dan ibu jari menunjukkan
letak lilitan selanjutnya. Usahakan penggulungan kawat pada inti kern
trafo harus rapat dan rapi.
Gambar 2. Proses menggulung kawat pada inti toroid dengan sebilah bambu
6. Mengetes
Trafo Dengan Multitester
Lakukan pengukuran dengan multitester
pada posisi Ohm x1 atau x10 untuk mengetahui hubungan antar kawat pada kumparan
primer, antar kawat pada kumparan sekunder atau antara kawat pada kumparan
primer dan sekunder. Jika semua pengetesan dengan multimeter tersebut diatas
bagus lanjutkan pengukuran tegangan output pada kumparan sekunder dengan
memberi tegangan input sebesar 220 V pada kumparan primer dengan menggunakan
multitester pada posisi Volt AC x250.
7. Memasang
Terminal Kabel
Lakukan pemasangan kabel dan terminal
pada ujung-ujung trafo baik pada ujung-ujung kumparan primer maupun sekunder.
Setelah itu lanjutkan dengan mencelup kumparana pada minyak trafo atau sirlak
dan melapisi trafo dengan kain pita atau kertas prespan atau mika untuk perlindungan
kawat agar padat dan tidak mudah tergores
8. Mencelup
Kumparan Dengan Minyak Trafo (Sirlak)
Mencelupkan kumparan hasil gulungan
dengan minyak trafo atau sirlak bertujuan agar lilitan kawat lebih padat dan statis, tidak mudah bergerak atau berubah letaknya dan tidak mudah tergores atau lecet. Kemudian lanjutkan dengan membalut semua
lilitan dengan kain pita atau kertas prespan atau mika. Dengan demikian jadilah sudah trafo toroid
kapasitas 900 Watt atau 20 Amper yang telah kita buat.
9. Menguji
Coba Trafo
Pada proses uji coba bahwa trafo yang
berkwalitas tidak akan bergetar dan panas pada saat diberi beban. Pada proses ini harus dilakukan uji coba trafo dengan
memberi tegangan input sebesar 220 V pada kumparan primer dan ukur tegangan
output pada kumparan sekunder apakah dihasilkan tegangan output sebesar 45 V dengan
stabil pada kanan dan kiri (CT). Jika stabil lanjutkan dengan memasang beban
sesuai kapasitasnya (maksimal 900 W) untuk bebarapa saat (sekitar 1 jam),
apakah tegangan output pada kumparan sekunder tetap stabil pada angka 45 V pada
kanan dan kiri (CT). Jika tegangan output stabil dan fisik trafo tidak bergetar
dan tidak panas meskipun diberi beban maksimal untuk beberapa lama, maka
berarti trafo tersebut dinyatakan cukup berkwalitas dan layak untuk digunakan.
Gambar 3. Trafo step-down bentuk toroid yang sudah jadi