PERAWATAN DAN PERBAIKAN AUDIO FUNCTION GENERATOR (AFG)
Audio Function Generator atau sering disebut AFG adalah suatu alat pembangkit tegangan dengan berbagai bentuk gelombang yaitu :
- Gelombang sinus
- Gelombang kotak
- Gelombang gigi
gergaji
Frekuensi dan tegangan outputnya dapat divariasikan sesuai dengan keperluan.
A. Bagian-Bagian AFG
Bagian-bagian utama dari AFG antara lain adalah (lihat gambar 1) :
1. Power adalah saklar push button berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan AFG yang dilengkapi dengan pilot lamp (led) sebagai tanda power telah ON atau OFF.
2. Range adalah pemilih range kelipatan frekuensi dari 0,1
Hz sampai dengan 100 KHz
3. Frekuensi adalah pengatur variable frekuensi, yang
digunakan untuk menaikkan atau menurunkan frekuensi sesuai dengan yang
dikehendaki
4. VCG ON adalah saklar pemilih antara VCG mode dan Dial mode
5. Start adalah saklar on/off untuk tegangan keluaran
6. Dc Offset adalah pengatur posisi tegangan output untuk
komponen ac dan dc.
7. Function adalah saklar pemilih bentuk gelombang yaitu
gelombang sinus, gelombang kotak, gelombang gigi gergaji.
8. Output adalah pengatur tinggi rendahnya tegangan output
9. Atten (dB) adalah pengatur dB (attenuator/pelemahan)
tegangan output dengan skala 0, -20, -40 dB.
10. Output Terminal adalah terminal tegangan output 0 – 20 Vp-p
dengan resistansi 600 ohm
11. TTL Output adalah terminal output untuk TTL
12. VCG Input
Terminal adalah terminal untuk
input VCG mode
13. Fuse adalah pengaman untuk tegangan input (power) AC
220 volt
14. Power Card adalah kabel output untuk tegangan input (power)
AC 220 volt 50 Hz
Gambar 1. Bentuk fisik AFG
Sedangkan skema rangkaian dari AFG dengan menggunakan IC L8038 adalah sebagai berikut (lihat gambar 2) :
*) klik gambar untuk memperbesar dimensi gambar
Gambar 2. Skema rangkaian AFG dengan menggunakan IC L8038
Secara garis besar AFG terdiri dari beberapa bagian yaitu : Flip Flop (A), Integrator (B), Komparator Tegangan (C) dan Pembentuk Gelombang Sinus/Sinusoidal Wave Synthesizer (D). Titik pengukuran keluaran tiap blok dapat diilustrasikan seperti pada gambar 3 berikut ini :
*) klik gambar untuk memperbesar dimensi gambar
Gambar 3. Titik pengukuran pada AFG
Titik pengukuran “A”
adalah titik pengukuran keluaran Flip Flop. Sinyal yang terukur disini
berbentuk gelombang kotak sesuai dengan sifat keluaran digital Flp Flop. Titik
pengukuran “B” adalah titik pengukuran keluaran Integrator. Sinyal yang terukur
berbentuk gelombang gigi gergaji yang terbentuk akibt proses
pengisian/pengosongan capasitor dari input yang berbentuk gelombang kotak
(keluaran flip-flop). Titik pengukuran “C” adalah titik pengukuran keluaran
rangkaian Pembentuk Gelombang Sinus yang terukur dalam bentuk gelombang sinus
yang terjadi akibat proses pemotongan bagian bagian puncak gelombang gigi
gergaji oleh dioda dioda pada rangkaian tersebut.
Kesalahan/kerusakan yang
sering terjadi pada AFG diantaranya :
1. Frekuensi sinyal keluaran tidak ada
2. Terjadi cacat pada sinyal keluaran
3. Frekuensi keluaran tidak sesuai
Terdapat dua metode pengukuran kesalahan yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Metode pengukuran
statis adalah pengukuran dalam kondisi tidak ada tegangan sumber.
Pengukuran ini berupa pemeriksaan sambungan dan lain lain. Alat ukur yang
digunakan antara lain multimeter.
2. Metode pengukuran
dinamis adalah pengukuran dalam kondisi ada tegangan sumber. Pengukuran
ini dilakukan untuk memeriksa tegangan kerja dan lain lain. Alat ukur yang
digunakan antara lain CRO, Voltmeter dan lain lain.
B. Langkah Perbaikan
1. Identifikasi Kesalahan/Kerusakan
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Periksa keadaan fisik AFG
c. Ukur/periksa
keluaran AFG pada segala keadaan pilihan sinyal keluaran (sinus, gigi gergaji,
kotak)
d. Teliti hasil
pengukuran anda, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai maka identifikasi
kesalahan yang terjadi
2. Pelacakan Kesalahan/Kerusakan
Bila kesalahan yang terjadi sudah diidentifikasi maka
lakukan langkah langkah berikut :
a. Periksa kembali sambungan dari output AFG ke alat ukur
b. Lakukan pengukuran keluaran pada tiap tiap titik
pengukuran seperti ilustrasi pada lembar informasi secara berurutan dari titik
pengukuran paling belakag (titik “C”)
c. Jika sinyal keluaran pada titik “C” sesuai, maka bias
dipastikan bahwa kesalahan terjadi pada sambungn dengan alat ukur
d. Jika sinyal keluaran pada titik “C” tidak sesuai, maka
kemungkinan kesalahan/kerusakan terjadi pada rangkaian pembentuk gelombang
sinus dan rangkaian lain didepannya.
e. Untuk lebih pastinya, lanjutkan pengukuran pada titik
selanjutnya (titik “B”)
f. Bila sinyal keluaran pada titik “B” baik, maka
kesalahan terjadi pada rangkaian pembentuk gelombang sinus. Tapi bila hasil
pengukuran tidak sesuai lakukan lagi pengukuran pada titik berikutnya.
g. Lakukan seterusnya sampai diperoleh bagian yang
mengalami kesalahan/kerusakan
h. Pelacakan kesalahan ini dilakukan dengan maksud
mempersempit daerah kerusakan.
3. Deteksi Kesalahan
Pendeteksian kesalahan dilakukan pada blok/bagian yang
sudah dipastikan mengalami kesalahan/kerusakan sesuai dengan hasil pada langkah
B.
a. Periksa keadaan sambungan/sirkuit pada blok yang
bersangkutan
b. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada komponen aktif
misalnya transistor dan lain lain
c. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada kompnen pasif, Pengukuran yang dimaksud meliputi pengukuran statis dan pengukuran
dinamis.
4. Menentukan Kerusakan
a. Gejala :
Tidak ada sinyal keluaran
1) Bila lampu
indicator tidak menyala, lakukan pengecekan pada fuse (sekering)
2) Bila lampu
indicator nyala tapi tidak ada sinyal
keluaran, lakukan pemeriksaan blok-blok
rangkaian pada power supply seperti rangkaian filter dan transistor-transistor
3) Bila ada tegangan
keluaran pada power supply tetapi tidak bias diatur, lakukan pemerikasaan
pada IC-IC yang ada pada rangkaian Power
supply
4) Lakukan
pengukuran pada titik ukur “C”. Bila ada sinyal yang terukur, periksa apakah R
seri pada masukkan rangkaian Attenuator dalam keadaan open circuit
5) Bila tidak ada
sinyal yang terukur pada titik ukur “C”, lakukan pengukuran pada titik ukur
“B”. Jika ada sinyal yang terukur, periksa
apakah R seri pada masukan rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer dalam
keadaan open circuit
6) Bila tidak ada
sinyal yang terukur pada titik ukur “B”, lakukan pengukuran pada titik ukur
“A”. Jika ada sinyal yang terukur, periksa
apakah R seri pada masukan rangkaian Integrator dalam keadaan open
circuit
7) Bila tidak ada
sinyal yang terukur pada titik ukur “A”, lakukan pengukuran pada input
rangkaian flip-flop. Jika ada sinyal yang terukur, periksa apakah ada komponen pada masukan rangkaian
dalam keadaan open circuit
8) Bila tidak ada
sinyal yang terukur berarti kerusakan terdapat pada power supply.
b. Gejala :
Cacat pada gelombang atas sinyal keluaran
1) Ukur sinyal
keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO
2) Bila sinyal yang
terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas
rangkaian attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short
circuit
4) Bila sinyal
keluaran yang terukur pada titik ukur “C” cacat, lanjutkan pengukuran pada
titik ukur “B”
5) Bila sinyal yang
terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda
pemotong, resistor dan transistor stabilizer pada bagian atas rangkaian Sinusoidal
Wave Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B”
cacat, lanjutkan pengukuran pada titik ukur “A”, Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan
terjadi pada rangkaian Integrator.
8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen
lain pada bagian atas rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit
9) Bila sinyal
keluaran yang terukur pada titik ukur “A” cacat, kemungkinan kerusakan terjadi
pada rangkaian diferensiator atau power supply.
c. Gejala:
Cacat pada gelombang bawah sinyal keluaran
1) Ukur sinyal
keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur
tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian
bawah attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short
circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “C”
cacat, lanjutkan pengukuran pada titik ukur “B”
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan
terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah
ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor dan transistor
stabilizer pada bagian bawah rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer yang
mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B”
cacat, lanjutkan pengukuran pada titik ukur “A", Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan
terjadi pada rangkaian Integrator.
8) Periksa apakah
ada Transistor atau komponen komponen lain pada bagian bawah rangkaian
Integrator yang mengalami open/short circuit!
9) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “A”
cacat, kemungkinan kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power
supply.
d. Gejala : Cacat pada gelombang atas dan bawah sinyal keluaran
1) Ukur sinyal keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas
dan bawah attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short
circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “C”
cacat, lanjutkan pengukuran pada titik ukur “B”
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan
terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor,dioda-dioda pemotong,
resistor dan transistor stabilizer pada bagian atas dan bawah rangkaian Sinusoidal
Wave Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B”
cacat, lanjutkan pengukuran pada titik ukur “A”
8) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan
terjadi pada rangkaian Integrator.
9) Periksa apakah
ada Transistor atau komponen komponen lain pada bagian atas dan bawah rangkaian
Integrator yang mengalami open/short circuit
10) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “A”
cacat, kemungkinan kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power
supply.
e. Gejala : Amplitudo sinyal keluaran tidak sesuai
1) Lakukan pengukuran nilai kapasitor (C) dan resistor ( R ) pada rangkaian pengatur range. Bila ada nilai komponen mengalami pergeseran diatas 1% lakukan penggantian dengan komponen dengan nilai yang sesuai
2) Lakukan pengukuran pada titik ukur “C”
3) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.
4) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D) pada rangkaian attenuator baik atas maupun bawah
5) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “C” memiliki amplitude yang tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur “B”
6) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
7) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D) pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer baik atas maupun bawah
8) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “B” memiliki amplitude yang tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur “A”
9) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.
10) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D) pada rangkaian integrator baik atas maupun bawah !
11) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “A” memiliki
amplitude yang tidak sesuai, lakukan pengukuran pada masukan rangkaian
flip-flop
12) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang
sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian flip-flop.
13) Lakukan pemeriksaan pada rangkaian pembatas (R // D)
pada rangkaian Flip Flop baik atas maupun bawah
14) Bila semua komponen pada blok-blok rangkaian di
atas dalam keadaan baik tapi sinyal
keluaran masih mengalami cacat pada kedua bagian periksa rangkaian pembatas
tegangan (R + D) pada rangkaian power supply
f. Gejala : Frekuensi rangkaian keluaran tidak sesuai
1) Lakukan
pengukuran nilai kapasitor (C) dan
resistor ( R ) pada rangkaian pengatur range
2) Bila ada nilai
komponen mengalami pergeseran diatas 1% lakukan penggantian dengan komponen
dengan nilai yang sesuai
3) Lakukan
pengukuran pada tiap tiap titik ukur secara berurutan dari titik ukur paling
belakang
4) Temukan wilayah
kerusakan lalu periksa nilai tiap tiap kapasitor (C) dan resistor (R) pada wilayah kerusakan karena komponen yang banyak
berpengaruh terhadap frekuensi adalah kapasitor dan resistor dimana :
T = R x C dan Frekuensi (f) = 1 / T
wagalasehh...bermanfaat sekali
BalasHapusSolder uap