Penting diketahui bagi orang tua dan pendidik terhadap kekeliruan buku pendidikan yang mengharamkan kata "JANGAN". Salah seorang pendidik pernah berkata "Pintu terbesar yang paling mudah dimasuki oleh kaum Liberal ada 2 pintu yaitu dunia psikologi dan dunia pendidikan. Berangkat dari hal itu kita akan mengupas beberapa kekeliruan pada buku-buku psikologi, seminar, teori pendidikan dlll, yang kadang sudah menjangkiti beberapa pendidikan agama (khsusnya pendidikan Islam) dan pendidikan parenting (para orang tua, ayah dan ibu).
Beberapa waktu yang lalu penulis sepakat dengan hal itu, maka dengan tertulisnya artikel ini penulis bertaubat kepada Allah swt dari bahaya doktrin di atas. Mari kita lihat beberapa perkataan-perkataan dalam pendidikan tentang larangan mengucapkan kata "JANGAN" pada anak. Diantaranya Ayah Edy, Beliau mengatakan dalam buku Ayah Edy Menjawab "...Gunakanlah kata-kata preventif seperti hati-hati, berhenti, diam ditempat atau stop. Itulah sebabnya kita sebaiknya tidak menggunakan kata "JANGAN" karena alam bawah sadar manusia tidak merespon dengan cepat kata "JANGAN"..."
Pada media online detik.com pernah ditulis sebuah artikel dengan judul "Begini Caranya Melarang Anak Tanpa Gunakan Kata Tidak atau Jangan", dalam kalimatnya tertulis "...Tak usah bingung untuk melarang anak tak melulu harus dengan kata jangan atau tidak...". Pada sebuah artikel lain yang bejudul "Mendidik Anak Tanpa Menggunakan Kata Jangan", dalam kalimatnya tertulis "...Kata jangan akan memberikan nuansa negatif dan larangan kita sebagai orang tua, maka dari itu coba mengganti dengan kata yang lebih positif dan berikan alasan yang dapat diterima anak ...".
Nah itulah syubhat (keraguan), manis kalimatnya dan indah tampaknya, tapi di dalamnya terkandung bahaya yang kronis. Mari kita bahas syubhat yang mereka gelontorkan, sebelumnya kalau kita mau teliti, mari kita tanyakan kepada mereka yang melarang kata "JANGAN". Apakah hal ini punya landasan dalam Al-Qur'an dan Hadist ? Apakah semua ayat dalam Al-Qur'an tidak menggunakan kata "Laa (Jangan)" ? Merekapun mengatakan janganlah terlalu sering mengatakan "JANGAN". Sungguh mereka lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur'an menggunakan kata "Laa (Jangan)". Allahu Akbar banyak sekali, mau dikemanakan kebenaran ini ?, apa mau dibuang, lalu mengadopsi teori dari doktrin dhoif ?
Kalau mereka mengatakan kata "JANGAN" bukan tindakan preventif, maka kita tanya apakah anda mengenal Luqman Al Hakim ? Diriwayatkan dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 12 s/d 19, kisah ini dibuka dengan penekanan Allah swt bahwa Luqman Al Hakim itu orang yang diberi hikmah, orang arif, yang secara tersirat Allah swt memerintahkan kita untuk meneladaninya. Surah Luqman ayat 13 lebih tegas memerintahkan bahwa Luqman Al Hakim itu berkata kepada anaknya "Wahai anakku janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar". Inilah bentuk tindakan preventif yang valid dalam Al-Qur'an. Sampai pada ayat 19 ada 4 kata "Laa (Jangan)" yang dilontarkan oleh Luqman Al Hakim kepada anaknya yaitu : 1. Laa tusyrik billah, 2. Fa laa tuthi' humma, 3. Wa laa tusho'ir khoddaka linnaasi, 4. Wa laa tamsyi fil ardli maraha.
Dalam hal ini Luqman Al Hakim tidak perlu mengganti kata "Jangan Menyekutukan Allah" dengan misalnya "Esakanlah Allah". Demikian juga dengan kata-kata "Laa (Jangan)" yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran. Mengapa Luqman Al Hakim tidak mengganti kata "JANGAN" dengan kata "Diam atau Hati-Hati" ?, karena inilah bimbingan Allah swt, karena perkataan "JANGAN" lebih mudah dicerna oleh anak sebagaimana penuturan Luqman Al Hakim kepada anaknya. Dan perkataan "JANGAN" juga positif dan tidak negatif. Jadi ini semua merupakan bimbingan/tuntunan Allah swt dan bukan teori pendidikan dari kaum liberal. Adakah pribadi psikolog atau pakar parenting pencetus aneka teori "modern" yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman Al-Hakim ?, tidak ada kan ! Luqman Al-Hakim bukan Nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah swt dalam kitab suci Al-Qur'an karena ketinggian ilmunya. Dan tidak ada satupun nama psikolog dari kaum liberal yang kita temukan dalam kitabullah tersebut.
Membuang kata "JANGAN" justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar dan tidak ada pilihan yang salah. Ia tidak memukul teman bukan karena ia mengerti bahwa memukul itu dilarang oleh agama, tetapi ia lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena ia menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan kelak ia tidak berzina bukan karena takut dosa dan azab dari Allah, tetapi karena ia menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.
Anak-anak hasil didikan tanpa "JANGAN" beresiko tidak punya "Sense of Syariah" dan keterikatan dengan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli terhadap kemaksiatan yang bertebaran, tidak perhatian lagi dengan amar ma'ruf nahi munkar, tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah atau menyimpang, karena dalam hatinya berkata "Itu pilihan mereka, saya tidak demikian". Mereka akan bungkam melihat penistaan atau penyimpangan syariah agama, karena otaknya berfikir "Mereka memang memilih begitu, yang penting saya tidak melakukannya". Itulah sebenar-benarnya paham liberal yang katanya humanis, toleran dan menghargai pilihan-pilihan orang lain tak peduli menyimpang atau tidak dari syariah agama.
Jadi yakini saja dan praktikanlah teori pendidikan dan parenting liberal itu, jika ingin anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur'an di dalam peti atau lemari yang paling dalam, dan tunggulah kemaksiatan atau penyimpangan syariah agama akan betebaran dimana-mana secara terang-terangan tanpa rasa malu dan berdosa sama sekali. Astaqfirullahal Adzim, semoga Allah swt memberi taufik dan hidayah kepada kita semua. Amin 3xYa Robbal Alamin.
Sumber : Artikel kiriman Budi S pada Group WA "Belajar Agama Islam"
Tulisan yang sangat menginspirasi.
BalasHapussurat al insyirah