Sabtu, 22 Februari 2014

Faktor Distribusi Cahaya Vertikal & Lateral Pada Photometri Penerangan Jalan

          Pada pertemuan sebelumnya telah disebutkan bahwa jenis data fotometri yang paling umum digunakan adalah kurva koefisien utilisasi (pemanfaatan), diagram performa iso candela, faktor distribusi cahaya vertikal dan lateral, dan faktor penyusutan lampu dan luminer (karena faktor pemeliharaan dan kotoran). Untuk kurva koefisien utilisasi dan diagram iso candela telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, nah pada pertemuan kali ini kita akan bahas mengenai faktor distribusi cahaya vertikal dan lateral.

1. Distribusi Cahaya Vertikal
          Distribusi cahaya vertikal adalah karakteristik luminer yang harus dipertimbangkan sejak awal proses desain penerangan jalan. Distribusi cahaya vertikal diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu distribusi pendek, distribusi menengah, dan distribusi panjang. Klasifikasi tersebut berdasarkan jarak dari luminer ke tempat sinar candela maksimum yang memancar ke permukaan  jalan raya. Setiap klasifikasi distribusi tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Distribusi pendek, adalah Sinar candela maksimum yang memancar ke permukaan jalan yang nilainya antara 1,0 s/d 2,25 dari ketinggian pemasangan luminer.
b. Distribusi medium, adalah sinar candela maksimum yang memancar ke beberapa titik permukaan jalan yang nilainya antara 2,25 s/d 3,75 dari ketinggian pemasangan luminer.
c. Distribusi panjang, adalah sinar candela maksimum yang memancar pada suatu titik permukaan jalan yang nilainya antara 3,75 s/d 6,0 dari ketinggian pemasangan luminer.

          Berdasarkan distribusi cahaya vertikal, jarak maksimum teoritis adalah sinar candela maksimum dari luminer yang berdekatan bergabung memancar pada permukaan jalan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka jarak luminer maksimum adalah :
a. Untuk distribusi pendek sebesar 4,5 x ketinggian pemasangan luminer
b. Untuk distribusi medium sebesar 7,5 x ketinggian pemasangan luminer
c. Untuk distribusi panjang sebesar 12,0 x ketinggian pemasangan luminer.

          Secara praktis, besar distribusi medium dan jarak luminer yang digunakan biasanya tidak melebihi 5 s/d 6 x ketinggian pemasangan luminer. Sedangkan distribusi pendek tidak boleh digunakan secara luas untuk alasan ekonomi, karena jarak yang sangat pendek terkadang juga diperlukan. Pada kondisi ekstrem, distribusi panjang tidak boleh digunakan untuk sebagian besar penerangan jalan, karena tinggi sudut sinar candela maksimum sering menghasilkan silau yang berlebihan.

2. Distribusi Cahaya Lateral
          Seperti halnya dengan distribusi cahaya vertikal, distribusi cahaya lateral adalah karakteristik luminer yang harus dipertimbangkan pada awal proses desain penerangan jalan. Illuminating Engineering Society membentuk serangkaian pola distribusi lateral yang disebut sebagai Tipe I, II, III, IV dan V. Secara umum, dapat digambarkan bahwa Tipe I dan V merupakan luminer yang dipasang di pusat area yang selalu dinyalakan. Tipe I berlaku untuk pola persegi panjang pada jalan-jalan sempit, sementara Type V berlaku untuk area-area di mana cahaya harus merata ke segala arah. Tipe V dan modifikasi Tipe I umumnya merupakan kelas luminer yang diterapkan dalam sistem penerangan tiang tinggi. Tipe II, III, dan IV merupakan kelas luminer yang dipasang di dekat tepi area yang selalu dinyalakan. Tipe II berlaku untuk mempersempit jalan, Tipe III untuk jalan-jalan dengan lebar menengah, sedangkan Tipe IV berlaku untuk lebar jalan aplikasi. Hal Ini dapat ditunjukan seperti gambar berikut.


Gambar 3. Tipe-Tipe Distribusi Cahaya Lateral

Tidak ada komentar:

Posting Komentar