Pada pertemuan sebelumnya telah disebutkan bahwa jenis data fotometri yang paling umum digunakan
adalah kurva koefisien utilisasi (pemanfaatan), diagram performa iso candela,
faktor distribusi cahaya vertikal dan lateral, dan faktor penyusutan lampu dan luminer (karena faktor pemeliharaan dan kotoran). Untuk kurva koefisien utilisasi dan diagram iso candela telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, nah pada pertemuan kali ini kita akan bahas mengenai faktor distribusi cahaya vertikal dan lateral.
1. Distribusi
Cahaya Vertikal
Distribusi cahaya vertikal adalah
karakteristik luminer yang harus dipertimbangkan sejak awal proses desain penerangan
jalan. Distribusi cahaya vertikal diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu distribusi
pendek, distribusi menengah, dan distribusi panjang. Klasifikasi tersebut berdasarkan
jarak dari luminer ke tempat sinar candela maksimum yang memancar ke permukaan jalan raya. Setiap klasifikasi distribusi tersebut
dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Distribusi
pendek, adalah Sinar candela maksimum yang memancar ke permukaan
jalan yang nilainya antara 1,0 s/d 2,25 dari ketinggian pemasangan luminer.
b. Distribusi
medium, adalah sinar candela maksimum yang memancar ke beberapa
titik permukaan jalan yang nilainya antara 2,25 s/d 3,75 dari ketinggian
pemasangan luminer.
c. Distribusi
panjang, adalah sinar candela maksimum yang memancar pada suatu
titik permukaan jalan yang nilainya antara 3,75 s/d 6,0 dari ketinggian pemasangan
luminer.
Berdasarkan distribusi cahaya vertikal,
jarak maksimum teoritis adalah sinar candela maksimum dari luminer yang berdekatan
bergabung memancar pada permukaan jalan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka jarak
luminer maksimum adalah :
a. Untuk distribusi pendek sebesar 4,5 x ketinggian pemasangan luminer
b. Untuk distribusi medium sebesar 7,5 x ketinggian pemasangan luminer
c. Untuk distribusi panjang sebesar 12,0 x ketinggian pemasangan luminer.
Secara praktis, besar distribusi medium dan
jarak luminer yang digunakan biasanya tidak melebihi 5 s/d 6 x ketinggian
pemasangan luminer. Sedangkan distribusi pendek tidak boleh digunakan secara
luas untuk alasan ekonomi, karena jarak yang sangat pendek terkadang juga diperlukan.
Pada kondisi ekstrem, distribusi panjang tidak boleh digunakan untuk sebagian
besar penerangan jalan, karena tinggi sudut sinar candela maksimum sering
menghasilkan silau yang berlebihan.
2. Distribusi
Cahaya Lateral
Seperti halnya dengan distribusi
cahaya vertikal, distribusi cahaya lateral adalah karakteristik luminer yang harus
dipertimbangkan pada awal proses desain penerangan jalan. Illuminating
Engineering Society membentuk serangkaian pola distribusi lateral yang disebut
sebagai Tipe I, II, III, IV dan V. Secara umum, dapat digambarkan bahwa Tipe I
dan V merupakan luminer yang dipasang di pusat area yang selalu dinyalakan. Tipe I berlaku untuk pola persegi
panjang pada jalan-jalan sempit, sementara Type V berlaku untuk area-area di
mana cahaya harus merata ke segala arah. Tipe V dan modifikasi Tipe I umumnya merupakan
kelas luminer yang diterapkan dalam sistem penerangan tiang tinggi. Tipe II,
III, dan IV merupakan kelas luminer yang dipasang di dekat tepi area yang selalu
dinyalakan. Tipe II berlaku untuk mempersempit jalan, Tipe III untuk jalan-jalan
dengan lebar menengah, sedangkan Tipe IV berlaku untuk lebar jalan aplikasi. Hal
Ini dapat ditunjukan seperti gambar berikut.
Gambar 3. Tipe-Tipe Distribusi Cahaya Lateral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar