Kamis, 30 Januari 2014

Jenis-Jenis Armatur Lampu Penerangan Jalan

          Dalam pokok bahasan kali ini, akan dibahas mengenai peralatan penerangan yang berhubungan dengan desain penerangan jalan yang antara lain meliputi :
-   Jenis-jenis armatur lampu (Luminer)
-   Sistem pendukung armatur lampu (Luminer)
-   Layanan kabinet
-   Pemilihan peralatan penerangan
Tetapi untuk pertemuan kali ini hanya akan dibahas tentang jenis-jenis armatur lampu (luminer) yang banyak digunakan untuk penerangan jalan. Sedangkan mengenai sistem pendukung luminer, layanan kabinet dan pemilihan perelatan penerangan jalan akan dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

A.  JENIS-JENIS ARMATUR LAMPU (LUMINER)
          Armatur lampu (Luminer) adalah unit penerangan lengkap yang terdiri dari lampu bersama dengan komponen-komponennya yang dirancang untuk mendistribusikan cahaya, untuk meletakan dan melindungi lampu, dan untuk menghubungkan lampu ke catu daya. Komponen  Armatur lampu (Luminer) yang akan dibahas dalam uraian berikut ini dapat dikelompokkan menurut fungsinya yaitu sebagai berikut :
-   Sistem Optical
-   Sistem Listrik
-   Sistem Mekanik
          Beberapa faktor yang mempengaruhi pemlihan jenis luminer yang akan digunakan yaitu Luminer harus menjadi tipe standar yang dipertahankan dan disetujui oleh instansi yang terkait seperti dinas lalu lintas dan angkutan jalan raya, polantas PLN dan sebagainya. Luminer untuk penerangan jalan biasanya harus berkaca dangkal seperti bergaya “kepala kobra”, bergaya "kepala vertikal", atau bergaya "tiang tinggi". Namun, dalam keadaan tertentu luminer bergaya "kotak sepatu" juga perlu digunakan. Luminer bergaya kotak sepatu sangat cocok untuk lampu penerangan interior di area peristirahatan, dimana pemerintah daerah yang bertugas menjaga dan merawat lampu, perlengkapan lampu dan dekorasi lampu lainnya yang digunakan. Sebaiknya luminer harus memiliki photocells yang merupakan sumber listrik cadangan ketika sumber listrik utama dari PLN tidak dapat mensuplai daya listrik. Beberapa gambar berikut ini merupakan jenis-jenis luminer standar yang banyak digunakan.

Gambar 1. Jenis armatur lampu bergaya kepala kobra (cobra head style)

Gambar 2. Jenis armatur lampu bergaya kepala vertikal (vertical head style)

Gambar 3. Jenis armatur lampu bergaya tiang tinggi (high mast style)

Gambar 4. Jenis armatur lampu bergaya kotak sepatu (shoebox style)

Gambar 5. Jenis armatur lampu bergaya dekorasi (decoratif style)

Gambar 6. Jenis armatur lampu bergaya kotak sepatu dengan lensa tunduk
(shoebox with drop lens) untuk area peristirahatan (rest area)

Gambar 7. Jenis armatur lampu untuk jalan di bawah jembatan (bridge underpass)

Selasa, 28 Januari 2014

Jaminan Penerangan Jalan dan Hukum Energi Minnesota

          Untuk pertemuan yang keempat dalam topik bahasan desain penerangan jalan raya pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang penjaminan penerangan jalan dan hukum energi Minnesota, seperti yang penulis sajikan di bawah ini.


E.   PENJAMINAN PENERANGAN JALAN
          Tujuan utama dari penjaminan adalah untuk membantu administrator dan desainer dalam mengevaluasi lokasi yang membutuhkan penerangan dan memilih lokasi pemasangan lampu penerangan. Penjaminan memberikan kondisi yang harus dipenuhi untuk menentukan pemasangan instalasi penerangan. Penjaminan, memberikan informasi lokal seperti geometri jalan, pencahayaan, jarak pandang, pensinyalan, tingkat kecelakaan, atau frekuensi terjadinya kabut, es, atau salju, yang dapat mempengaruhi keputusan untuk memasang lampu penerangan. Modifikasi dan penambahan penjaminan ini dapat ditunjukkan seperti berikut ini.

1.   Penerangan Jalan Bebas Hambatan (Continuous Freeway Lighting)
a.   Kasus CFL – 1
          Penerangan jalan bebas hambatan dianggap terjamin jika berada pada bagian dekat kota, dimana tingkat kepadatan arus lalu lintas (ADT) mencapai 30.000 atau lebih.
b.   Kasus CFL – 2
          Penerangan jalan bebas hambatan dianggap terjamin jika pada bagian-bagian dimana terdapat tiga atau lebih pusat persimpangan berturut-turut berada dengan jarak rata-rata 1,5 mil atau kurang, dan daerah sekitar sebelah kanan luar jalan secara substansial merupakan daerah perkotaan yang bekarakter.
c.   Kasus CFL – 3
          Penerangan jalan bebas hambatan dianggap terjamin jika sepanjang 2 mil atau lebih jalan bebas hambatan tersebut melewati daerah pinggiran kota atau perkotaan yang secara substansial dikembangkan, di mana satu atau lebih menikuti kondisi berikut ini :
1)  Lalu lintas lokal beroperasi pada jalur jalan lengkap memiliki beberapa bentuk penerangan jalan dan komponen yang terlihat dari jalan bebas hambatan,
2) Jalan bebas hambatan melewati serangkaian pengembangan seperti perumahan, pusat perdagangan, industri, daerah sipil, perguruan tinggi, taman, terminal, dan lain-lain yang meliputi jalan raya, jalan lokal, area parkir, pekarangan, dan lain-lain yang tetap dinyalakan,
3) Jalan lintas terpisah, baik dengan atau tanpa hubungan landai, yang terjadi dengan jarak rata-rata 0,5 mil atau kurang, dan beberapa di antaranya tetap dinyalakan sebagai bagian dari sistem jalan lokal,
4)  Elemen penampang jalan bebas hambatan, seperti penengah dan pembatas, yang secara substansial lebarnya berkurang di bawah bagian yang diinginkan dan biasanya digunakan di negara yang relatif terbuka.
d.   Kasus CFL – 4
          Penerangan jlan bebas haambatan dianggap terjamin jika pada bagian dimana rasio tingkat kecelakaan pada malam hari minimal rata-rata 2,0 kali dalam sehari untuk semua bagian yang samasekali tak berlampu, dan studi menunjukkan bahwa penerangan diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan yang signifikan pada malam hari.

          Penerangan jalan bebas hambatan harus dipertimbangkan untuk semua jalan kembar (dua jalur) pada fasilitas jalan di daerah perkotaan. Sementara di daerah pedesaan setiap lokasi harus dievaluasi lebih dahulu secara individual untuk memastikan kebutuhan penerangan.

2.   Penerangan Pusat Persimpangan Lengkap (Complete Interchange Lighting)
a.   Kasus CIL – 1
          Penerangan pusat persimpangan lengkap dianggap terjamin jika total tingkat kepadatan arus lalu lintas (ADT) saat masuk dan keluar jalan bebas hambatan dalam daerah pusat persimpangan (interchange) melebihi 10.000 untuk kondisi perkotaan, 8.000 untuk kondisi pinggiran kota, atau 5.000 untuk kondisi pedesaan.
b.   Kasus CIL – 2
          Penerangan pusat persimpangan lengkap dianggap terjamin jika tingkat kepadatan arus lalu lintas (ADT) pada perempatan melebihi 10.000 untuk kondisi perkotaan, 8.000 untuk kondisi pinggiran kota, atau 5.000 untuk kondisi pedesaan.
c.   Kasus CIL – 3
          Penerangan pusat persimpangan lengkap dianggap terjamin jika secara substansial terdapat pembangunan pusat perdagangan atau industri yang tetap dinyalakan selama jam-jam kegelapan yang terletak di dekat sekitar pusat persimpangan (interchange), atau berdekatan dengan perempatan yang tetap dinyalakan sejauh 0,5 mil atau lebih pada setiap sisi pusat persimpangan (interchange) tersebut.
d.   Kasus CIL – 4
          Penerangan pusat persimpangan lengkap dianggap terjamin jika rasio tingkat kecelakaan pada malam hari dalam wilayah pusat persimpangan (interchange) minamal rata-rata 1,5 kali tiap hari untuk semua bagian yang sama sekali tak berlampu, dan studi menunjukkan bahwa penerangan diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan yang signifikan pada malam hari.

3.   Penerangan Pusat Persimpangan Parsial (Partial Interchange Lighting)
a.   Kasus - PIL 1
          Penerangan pusat persimpangan parsial dianggap terjamin jika total tingkat kepadatan arus lalu lintas (ADT saat masuk dan keluar jalan bebas hambatan dalam daerah pusat persimpanagan (interchange) melebihi 5.000 untuk kondisi perkotaan, 3.000 untuk kondisi pinggiran kota, atau 1.000 untuk kondisi pedesaan.
b.   Kasus PIL – 2
          Penerangan pusat penerangan parsial dianggap dapat terjamin jika tingkat kepadatan arus lalu lintas (ADT) pada jalan bebas hambatan melalui jalur lalu lintas melebihi 25.000 untuk kondisi perkotaan, 20.000 untuk kondisi pinggiran kota, atau 10.000 untuk kondisi pedesaan.
c.   Kasus PIL – 3
          Penerangan pusat persimpangan parsial dianggap dapat terjamin jika rasio tingkat kecelakaan pada malam hari dalam area pusat persimpangan (interchange) minmal rata-rata 1,25 kali setiap harinya untuk semua bagian yang sama sekali tak berlampu, dan studi menunjukkan bahwa penerangan diharapkan dapat menurunan tingkat kecelakaan yang signifikan pada malam hari.

4.   Penerangan Jalan Non Bebas hambatan ( Non - Freeway Lighting)
          Dalam buku panduan desain penerangan jalan AASHTO mengatakan bahwa tidak ada ada jaminan khusus untuk penerangan jalan raya secara terus-menerus selain jalan raya bebas hambatan (jalan dengan akses dikendalikan sepenuhnya, tidak ada persimpangan), tetapi menyarankan beberapa kriteria umum yang mungkin berlaku ketika mempertimbangkan pemasangan lampu penerangan.
          Penerangan di persimpangan terjamin jika kondisi geometris yang tersebut dalam buku panduan desain penerangan jalan ada atau jika satu atau lebih dari kondisi berikut di bawah ini seperti yang ditemukan dalam buku petunjuk rekayasa lalu lintas Minnesota:
a.   Volume
          Penjaminan volume lampu tanda lalu lintas (traffic sinyal) minimal dapat menjamin volume kendaran, yang dapat menganggu jaminan kelancaran arus lalu lintas, atau minimal jaminan volume pejalan kaki puas untuk satu jam saja selama kondisi selain siang hari, tidak termasuk periode waktu antara jam 6:00 pagi dan 18:00 malam.
b.   Kecelakaan
          Ada tiga atau lebih kecelakaan per tahun yang terjadi selama kondisi selain siang hari. Saat ini, ambang batas untuk  rasio tingkat kecelakaan pada malam hari sedang dikembangkan untuk fasilitas jalan non bebas hambatan (nonfreeway).
c.   Memotong Jalan
          Pada saat memotong jalan lampu harus dinyalakan.
d.   Penerangan sekitar
          Penerangan di daerah yang berdekatan dengan persimpangan sangat merugikan karena dapat mempengaruhi pandangan pengendara.
e.   Penyaluran
          Penyaluran merupakan persimpangan yang tersalurkan dengan baaik dan 85% kecepatan kendaraan melebihi 40 mil per jam. Sebuah pembatas tengah terus menerus tidak dianggap sebagai penyaluran untuk tujuan penjaminan ini.
f.    Penyeberangan Sekolah
          Dijadwalkan peristiwa yang terjadi setidaknya sekali seminggu selama tahun akademik sekolah, sehingga memerlukan 100 atau lebih pejalan kaki untuk menyeberang di penyeberangan sekolah setiap satu jam dalam kondisi selain siang hari, atau studi rekayasa lalu lintas menunjukkan kebutuhan untuk penerangan penyeberangan tersebut.
g.  Signalisasi
          Persimpangan yang dipasang lampu tanda lalu lintas (traffic signal).
h.  Suar Berkedip
          Persimpangan yang dipasang suar berkedip (flashing beacon).

          Penjaminan ini merupakan penjaminan yang mencakup penerangan untuk jalan terowongan, jalan underpass, tempat istirahat, dan tanda-tanda yang tercantum dalam buku panduan desain penerangan jalan AASHTO.

F.    HUKUM ENERGI MINNESOTA
          Uraian berikut ini merupakan  kalimat baru yang berada dalam Statuta Minnesota Statuta 216C.19. Kalimat tersebut dimodifikasi dan disyahkan (diundangkan) pada tahun 1992, yang bunyinya sebagai berikut :

Konservasi Energi
          Setelah dikonsultasikan dengan komisi keselamatan publik dan komisi transportasi harus mengadopsi aturan di bawah pasal 14 yang menetapkan standar efisiensi energi minimum untuk penerangan jalan, penerangan jalan raya dan penerangan area parkir. Standar harus konsisten terhadap perlindungan keseluruhan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Tidak boleh pemasangan penerangan jalan raya, penerangan jalan atau penerangan area parkir baru yang melanggar aturan tersebut. Jika ada peralatan pencahayaan, termasuk lampu tanda penerangan jalan, dengan lampu yang efisiensi awal kurang dari 70 lumen per watt harus diganti dengan sumber cahaya yang menggunakan lampu dengan efisiensi awal minimal 70 lumen per watt.
          Perhatian terhadap kegiatan perumahan sangat penting ketika mempertimbangkan sistem penerangan karena beberapa instalasi mengakibatkan keluhan warga setempat karena jumlah daerah yang diterangi. Hal ini terutama berlaku untuk penerangan yang menggunakan tiang tinggi (high mast lighting), tetapi harus dipertimbangkan untuk instalasinya. Penernagan dengan menara tiang tinggi mungkin cocok dipasang dekat lingkungan perumahan karena ketinggian pemasangan armatur lampu cukup tinggi, kadang-kadang melebihi 100 meter, yang dapat menyebabkan silau dan kelebihan cahaya untuk daerah tersebut.

Senin, 27 Januari 2014

Jenis-Jenis Konfigurasi Sistem Penerangan Jalan

          Pada pertemuan ketiga dalam topik bahasan desain penerangan (lighting) jalan raya kali ini kita lanjutkan dengan membahas tentang jenis-jenis konfigurasi sistem penerangan jalan raya. Untuk memahami bahasan tersebut di atas silahkan baca dan simak uraian berikut di bawah ini.

D.  JENIS-JENIS KONFIGUARASI SISTEM PENERANGAN JALAN
          Jenis-jenis konfigurasi sistem penerangan jalan antara lain sebagai berikut :
1.  Penerangan Jalan Bebas Hambatan (Continuous Freeway)
          Penerangan jalan bebas hambatan adalah  penempatan atau pemasanagan penerangan secara terus menerus di sepanjang jalan bebas hambatan dan daerah sekitarnya yang berdekatan  dengan jarak yang cukup jauh dari bahu jalan bebas hambatan tersebut.

2.  Penerangan  Pusat Persimpangan Parsial (Partial Interchange)
          Penerangan pusat persimpangan parsial jalan bebas hambatan adalah pencahayaan hanya pada bagian atau tempat persimpangan yang paling penting bagi pengendara malam hari, yang merupakan daerah gabungan atau pertemuan dari beberapa koneksi jalan, persimpangan, dan fitur-fitur jalan penting lainnya.

3.  Penerangan Pusat Persimpangan Penuh (Complete Interchange)
          Penerangan pusat persimpangan lengkap jalan bebas hambatan adalah penerangan yang dipasang pada persimpangan secara lengkap untuk mencapai pencahayaan pada semua jalan raya yang melalui persimpangan tersebut.

4.  Penerangan Jalan Melintang di bawah Jembatan (Underpass)
         Menurut buku pedoman desain penerangan jalan AASHTO mengindikasikan bahwa penerangan jalan underpass sangat diperlukan, lampu dipasang menjulang pada tiang jembatan atau dermaga untuk setiap arah perjalanan di jalan. Jika setiap titik pemasangan akan menempatkan armatur lampu dengan jarak lebih dari 10 meter dari tepi jalan, dimana armatur lampu biasanya dipasang menjulang di bagian bawah diafragma. Umumnya, untuk jalan bebas hambatan pada penerangan underpass armatur lampu harus dipasang dengan jarak lebih dari 50 meter. Sedangkan untuk penerangan underpass yang jarak armatur lampu lebih dari 200 meter, lampu harus menyala sepanjang hari.

5.      Penerangan Jalan Raya dan Jalan Lainnya
         Tingkat pencahayaan dan rasio keseragaman untuk jalan raya dan jalan-jalan lainnya selain jalan bebas hambatan akan kita bahas pada pertemuan berikutnya. Desain penerangan jalan raya ini lebih cocok untuk penerangan jalan raya yang ada di kota daripada untuk desain standar jalan bebas hambatan.

6. Penerangan Jembatan (Bridge)
          Jalan raya di sebuah jembatan biasanya diperlakukan sama seperti bagian lain dari jalan. Jika tidak ada lampu di jalan raya yang berdekatan, biasanya tidak ada kebutuhan penerangan di jembatan. Pengecualian adalah untuk jembatan yang sangat panjang, penerangannya dapat menyala meskipun penerangan jalan di lokasi lain tidak menyala. Dimana lampu dapat dipasang di sebuah jembatan, pada lokasi yang diinginkan untuk unit pencahayaan pada tiang jembatan dan lokasi dermaga, atau pada jarak dari tiang jembatan atau dermaga tidak lebih dari 25 persen panjang bentangan. Penempatan unit pencahayaan tersebut bermaksud untuk mengurangi efek getaran. Tiang-tiang lampu harus menggunakan jenis armatur tiang lengan pendek dan tiang lengan panjang, sehingga tidak ada sambungan yang akan melemah atau mengendor oleh getaran. Instalasi penerangan navigasi dan obstruksi udara merupakan bagian integral dari desain penerangan jembatan.

7.  Penerangan Jalan Raya Kembar (Median Barriers)
          Penerangan jalan raya kembar dengan menggunakan unit tiang lengan kembar yang dipasang pada jalur pemisah di tengah-tengah memiliki keunggulan tertentu diantaranya :
a. Penomoran armatur lampu pada tiang lebih sedikit,
b. Pemanfaatan kembali cahaya dari lampu,
c. Lebih cenderung knocked down.

          Sedangkan kelemahan penerangan unit ini antara lain adalah :
d. Pengendalian lalu lintas sangat diperlukan ketika bekerja pada penerangan unit ini
e. Potensi bahaya untuk petugas yang bekerja pada penerangan unit ini.

          Dalam volume lalu lintas tinggi atau padat pada daerah perkotaan, sangat sulit untuk mempertahankan penerangan menggunakan unit tiang lengan kembar, jika memungkinkan sebaiknya armatur lampu harus ditempatkan pada tepi luar jalan raya (side-mounted). Selain itu, pemasangan penerangan unit ini tidak boleh digunakan pada jalan volume lalu lintas padat dengan lebar bahu jalan lebih dari 10 meter. Jika terpaksa tetap memasang penerangan unit ini biasanya menggunakan jenis armatur tiang lengan kembar sepanjang 6 meter.

8.      Penerangan Persimpangan (Intersection)
         Penerangan di persimpangan jalan biasanya diperlukan untuk mengingatkan pengendara  bahwa telah mendekati persimpangan jalan. Catatan penting tentang penerangan persimpangan jalan adalah sebagai berikut :
a. Armatur lampu harus ditempatkan pada atau dekat titik persimpangan yang menonjol.
b.  Pencahayaan harus disediakan di semua persimpangan dilengkapi lampu pengatur lalu lintas (traffict signal) dengan ketentuan sebagai berikut :
1)  Sebuah tiang traffict sinyal poros panjang dengan armatur tiang lengan panjang harus digunakan untuk menghindari menambahkan lebih banyak tiang di persimpangan.
2)  Penerangan jalan pada tiang traffict sinyal harus diberi sumber dari titik sumber layanan traffict sinyal.
3) Tingkat pencahayaan pada penerangan persimpangan dengan traffict sinyal ditentukan berdasarkan klasifikasi daerah masing-masing (jalan pusat perdagangan, jalan perumahan dsb).
c.  Tiang lampu tambahan mungkin diperlukan bila persimpangan memiliki saluran atau jalur balik yang kompleks.
d .  Disarankan tingkat penerangan rata-rata horisontal (footcandela) untuk penerangan jalan sesuai dengan tabel footcandle level (akan dibahas pada pertemuan berikutnya).
e. Tingkat pencahayaan di salah satu persimpangan harus lebih besar daripada persimpangan lainnya yang terdapat pencahayaan menyala terus menerus.
f.   Jika tingkat pencahayaan di antara persimpangan cukup rendah, misalnya hanya 0,6 footcandela, maka intensitas cahaya di tengah persimpangan harus dua kali lipatnya yang merupakan sebuah aturan.

9. Penerangan Bundaran (Roundabout)
          Menurut buku panduan informational FHWA yang berisi informasi tentang penerangan bundaran bahwa kebutuhan pencahayaan pada bundaran jalan agak bervariasi yang didasarkan pada lokasi dimana bundaran tersebut berada (kondisi perkotaan, pinggiran kota, atau pedesaan). Umumnya, pencahayaan bundaran harus selalu menyala. Berikut ini adalah ketentuan-ketentuan yang dianjurkan, yaitu :
a. Pencahayaan yang baik harus disediakan pada area yang berdekatan dengan bundaran, seluruh area perlawanan arah di mana lalu lintas memasuki aliran sirkulasi, dan di segala tempat dimana aliran lalu lintas telah terpisah untuk keluar dari bundaran.
b.  Lebih baik untuk menyalakan lampu penerangan bundaran dari arah luar ke dalam menuju pusat. Hal ini akan meningkatkan visibilitas pusat bundaran dan visibilitas sirkulasi kendaraan bagi kendaraan yang sedang mendekati bundaran.

          Buku panduan desain penerangan jalan AASHTO merekomendasikan bahwa tingkat pencahayaan pada persimpangan konvensional harus sekitar 1 footcandela lebih besar daripada persimpangan dimana terdapat pencahayaan terus menerus. Jika tingkat pencahayaan di antara persimpangan cukup rendah, maka intensitas cahaya di tengah persimpangan harus dua kali lipatnya yang merupakan sebuah aturan.
    Pencahayaan harus diperpanjang minimal 400 meter unutk setiap jalan yang menghubungkan ke bundaran tersebut. Tingkat cahaya di atas harus sesuai dengan nilai-nilai yang termuat pada tabel footcandle level (akan dibahas lebih lanjut) atau sebaliknya jika tidak diperlukan.
         Lampu penyeberangan di bundaran biasanya harus terus menyala agar pejalan kaki dapat melihat kontras cahaya dengan positif. Tiang lampu ditempatkan pada jarak 1 s/d 30 meter sebelum penyeberangan, hal ini sangat dianjurkan untuk tujuan tersebut. Lampu penerangan bundaran harus menyala dari tepi luar jalan untuk membantu agar pejalan kaki dapat memlihat kontras cahaya dengan positif. Jenis lain konfigurasi pemasangan tiang lampu  penerangan bundaran jalan ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Jenis lain konfigurasi pemasangan tiang lampu penerangan bundaran (roundabout)

Jumat, 24 Januari 2014

Tujuan Rekayasa dan Visibilitas Penerangan Jalan

          Untuk pertemuan yang kedua pada topik bahasan desain lampu penerangan jalan raya kali ini, kitalanjutkan dengan membahas tentang tujuan rekayasa penerangan jalan dan visibilitas obyek. Untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.

B.   TUJUAN PENERANGAN JALAN
1. Tujuan Utama Rekayasa Lalu Lintas
Berikut ini adalah tujuan rekayasa lalu lintas dari lampu penerangan jalan :
a. Sebagai sarana promosi keamanan dan keselamatan di malam hari dengan menyediakan visibilitas yang jelas, cepat, akurat, dan nyaman bagi pengendara dan pejalan kaki.
b.  Peningkatan arus lalu lintas di malam hari dengan memberikan penerangan jalan yang cukup memadahi, disamping penerangan yang telah disediakan oleh lampu kendaraan. Dimana pengendara dapat membantu dalam mengorientasikan diri, menggambarkan geometri jalan dan penghalang, dan memprdiksi peluang untuk dapat menyalip kendaraan lain.
c.  Sebagai penerangan di jalan underpass panjang dan terowongan agar pengendara dapat memasuki jalan underpass dan terowongan tersebut dengan visibilitas yang cukup memadahi baik pada siang hari maupun malam hari. Sehingga keamanan dan keselamtan pengendara dapat terjamin.

2. Tujuan Lain
Disamping tujuan utama di atas, berikut ini adalah tujuan lain dari lampu penerangan jalan :
a. Pengurangan kejahatan jalanan pada saat gelap. Dilihat dari sudut pandang ahli teknik lalu lintas jalan, manfaat tambahan ini bisa menarik sumber-sumber pendanaan non - tradisional.
b. Peningkatan ekomoni komersial (terutama penjualan retail) dengan memasang properti yang menarik pembeli, penonton, dan pengguna lainnya pada malam hari.

          Semua tujuan tersebut di atas tidak dapat dicapai hanya dengan sekedar memasang penerangan jalan  yang baik saja, tetapi juga harus dengan desain lampu dan perencanaan tempat pemasangan yang baik serta pemeliharan secara kontinu.

C.       VISIBILITAS OBJEK
          Visibilitas adalah keadaan yang dirasakan oleh mata. Seperti yang diutarakan sebelumnya bahwa tujuan penerangan jalan adalah untuk mencapai tingkat visibilitas yang memungkinkan pengendara dan pejalan kaki dapat melihat dengan cepat, jelas, dan pasti seluruh detail jalan, seperti bahu jalan (arah dan lingkungan sekitarnya) dan setiap rintangan yang berada di jalan, mengingat hampir seluruh aspek keselamatan lalu lintas melibatkan visibilitas.
          Beberapa faktor yang secara langsung mempengaruhi visibilitas antara lain adalah :
1.   Kecerahan suatu benda yang berada di jalan raya atau dekat dengan jalan raya
2.   Kecerahan umum latar belakang jalan  (ambient light)
3.   Ukuran obyek dan identifikasi detail obyek
4.   Kontras antara obyek dan lingkungan sekitarnya
5.   Kontras antara trotoar dan lingkungan sekitarnya agar supaya terlihat oleh pengendara dan pengguna lain.
6.   Waktu yang tersedia untuk melihat objek
7.  Glare (Silau)
-     Silau Ketidaknyamanan : yaitu terjadi ketidaknyamanan pada mata sewaktu melihat obyek, tetapi tidak mempengaruhi kinerja visual.
-    Silau Cacat : yaitu silau yang dapat mengurangi kemampuan untuk melihat spot atau objek
-    Silau Membutakan : yaitu silau yang begitu kuat, sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama tidak dapat melihat obyek.
8.    Visi pengendara
9.    Kondisi kaca kendaraan.

          Visibilitas yang baik di jalan raya pada malam hari akan menghasilkan pencahayaan kendaraan yang tetap baik, pencahayaan trotoar yang memadahi dengan keseragaman yang baik dan pencahayaan lingkungan sekitar yang tepat, bersamaan dengan itu secara wajar akan terbebas dari silau. 

Rabu, 22 Januari 2014

Definisi Istilah-Istilah Penerangan (Lighting)

          Oke sobat blogger, kita lanjutkan topik bahasan kali ini dengan membahas tentang desain penerangan jalan raya.. Perlu sobat ketahui bahwa tujuan penerangan jalan adalah untuk mencapai tingkat visibilitas yang memungkinkan pengendara dan pejalan kaki dapat melihat dengan cepat, jelas, dan dipastikan seluruh jalan dapat terlihat secara mendetail, terutama sekitar bahu jalan dan hambatan yang berada di sekitar jalan raya. Dalam hal ini menyangkut seluruh aspek keselamatan lalu lintas yang melibatkan visibilitas jalan raya.
          Visibilitas yang baik pada kondisi siang atau malam hari adalah salah satu persyaratan mendasar yang memungkinkan pengendara untuk bergerak di jalan raya dengan cara yang aman. Penerangan jalan yang dirancang dan dipelihara dengan baik dan benar akan memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengendara dan pejalan kaki selama berlalu lintas pada kondisi malam hari. Dalam hal ini mencakup :
-          Definisi istilah penerangan yang sering digunakan
-          Tujuan rekayasa penerangan jalan
-          Visibilitas objek
-          Jenis konfigurasi sistem penerangan jalan
-          Jaminan penerangan jalan
-          Hukum Energi Minnesota

          Nah, pada pertemuan yang pertama dalam topik bahasan kali ini, kita bahas lebih dulu mengenai definisi istilah-istilah penerangan yang sering digunkan, sedangkan mengenai tujuan rekayasa penerangan jalan, visibilitas objek, jenis konfigurasi sistem penerangan jalan, jaminan penernagan jalan dan hukum energi Minnesota akan kita bahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

A.      DEFINISI ISTILAH PENERANGAN (LIGHTING)
          Secara umum istilah-istilah  penerangan di bawah ini didefinisikan sebagai berikut :
-          Cahaya : tampilan energi radiasi yang dapat dievaluasi
-          Visibilitas : Kualitas atau keadaan yang dapat dilihat dan dipahami oleh mata
-        Seeabilitas : Adalah istilah non - teknis, yang menggambarkan seberapa baik mata melihat. Hal ini mencakup kemampuan untuk mendefinisikan bentuk, tetapi juga mencakup perbedaan dan sumbangan warna. Sementara tingkat kuat penerangan (footcandle atau lux), yang merupakan pengukuran kuantitas cahaya, bukan satu-satunya indikator seeabilitas. Tetapi masih ada metode peengukuran untuk menentukan kualitas cahaya, seperti Color Rendering Index (CRI).
-  Luminasi : Sebuah unit lengkap yang terdiri dari lampu atau lampu bersama-sama dengan perlengkapannya yang dirancang untuk mendistribusikan cahaya, posisi dan melindungi lampu dan untuk menghubungkan lampu ke catu daya.

          Perlengkapan penernagan, Simbol, Unit dan Persamaan :
-          Intensitas Luminasi : Kekuatan fluks cahaya dalam arah tertentu, diukur dalam satuan candela (cd).
-     Fluks Luminasi : Tingkat waktu pancaran cahaya, diukur dalam satuan lumens (lm). Satu lumen adalah jumlah cahaya yang jatuh di atas permukaan bidang seluas satu kaki persegi atau meter persegi, dimana setiap titik merupakan satu kaki atau satu meter dari sumber satu candela. Sebuah sumber cahaya dari satu candela dapat memancarkan total 12,57 lumens.
-         Eksitansi Luminasi : Jumlah total fluks cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan oleh sumber atau permukaan (dalam arah bebas), diukur dalam sataun lm/ft ² atau lm/m².
-        Illuminansi : Kepadatan insiden fluks cahaya pada permukaan, diukur dalam satauan footcandela (fc) atau lux (lx). 1 footcandela adalah pencahayaan pada permukaan 1 kaki persegi dimana pada permukaan tersebut terdapat merata fluks cahaya sebesar 1 lumen. 1 footcandela = 10,76 lux.
-  Luminansi (fotometri brightness) : Jumlah fluks cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, atau ditransmisikan pada permukaan dalam arah tertentu, diukur dalam cd/ft² atau cd/m². Berikut ini merupakan tabel simbol, satuan dan persamaan dari istilah-istilah penerangan.

Istilah
Simbol
Satuan Inggris
Satuan Metrik
Persamaan
Intensitas Luminasi
I
Candela (cd)
Candela (cd)
I = φ / ω, ω
   = A/r2
Fluks Luminasi
φ
Lumen (lm)
Lumen (lm)
φ = I ω
Eksitansi Luminasi
M
lm/ft²
lm/m²
M = φ '/ A

Illuminansi
E
fc = lm/ft²
lx = lm/m²
E = φ / A
1fc=10,76lx
Luminansi
L
cd/ft²
cd/m²
L=I/A cosθ

          Selanjutnya berikut ini merupakan ilustrasi perlengkapan penerangan dimana kita dapat melihat jelas dengan mata kita.


Gambar 1. Ilustrasi Perlengkapan Penerangan