Sabtu, 05 Januari 2013

Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 PONTIANAK DALAM MELILIT KUMPARAN MOTOR LISTRIK MELALUI PRAKTIKUM INDIVIDU

Margiono
Teknik Ketenagalistrikan SMK Negeri 2 Pontianak


Abstract: Classroom action research is underway to address student learning difficulties in the coil wrapped around the electric motor in class XI Installation of Electric Power Engineering (TITL) SMK Negeri 2 Pontianak. It is shown from the results of the previous school year learning (2011/2012), only some 19 people of 32 students or 60% of students who achieve a minimum passing grade criteria (KKM) has been established, which is 70, while the remaining 13 people out of 32 students or 40% of students have not reached the KKM. This study aims to improve students' competencies and increased activity in the learning process. Subjects were class XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak semester three (odd) academic year 2012/2013 as many as 32 ​​students. Implementation research is conducted through two cycles, and each cycle consisted of planning, action, observation, and reflection. Data retrieval is done using   qualitative data analysis for observation activities and attitudes of students, while the analysis of quantitative data for daily tests (post-test) and test performance. From the analysis of the data observation sheet student activity in the first cycle indicates that students are always actively ask for 34.38%, is always answered by 43.75% active, always-on response of 34.38%, is always self-employment by 40.63%, 75% always serious, always able to conclude at 65.63%, and that always able to complete the task on time by 71.88%. From the analysis of the data values ​​attitudes, daily tests (post-test) and performance test scores obtained in the first cycle average competency mastery by 71 with a percentage of 71.87%. Furthermore, the implementation of the second cycle of the action aspect of the observed activity of the students found that the students are always actively ask to increase to 59.38%, always on answering increased to 68.75%, is always actively responding increased to 78.13%, self-employment has always risen to 81.25%, is always a serious increase to 93.75%, is always able to infer increased to 90.63%, and were always able to complete the task on time increased to 84.38%. While the average value of competency on the second cycle increased to 76 with learning completeness percentage increased to 90.62%.Thus, the analysis of data on both the cycle shows that an increase in the average value of student competencies in the coil wrapped around the electric motor. Recommendations from this research is to carry out practical work individually   as improvements in student competency coil wrapped around the electric motor is very significant.

Keywords : Individual Practice, Competency Based Learning


               SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah kejuruan yang merupakan bagian dari system pendidikan di Indonesia, dalam melaksanakan tugas menghasilkan tenaga kerja menengah terampil juga mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan kurikulum, pelaksanaan proses pembelajaran maupun system eveluasi belajar seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada SMK terdapat 3 (tiga) kelompok mata pelajaran (kompetensi) yaitu kelompok mata pelajaran normatif, kelompok mata pelajaran adaptif dan kelompok mata pelajaran produktif. Kelompok mata pelajaran yang ketiga inilah yang banyak melakukan kegiatan praktikum dalam pelaksanaan proses pembelajarannya guna menghasilkan tamatan yang kompeten dan siap kerja. Biasanya praktikum yang dilakukan oleh para siswa tergantung dari jumlah peralatan yang dimiliki oleh sekolah dan jumlah rombongan belajar dalam satu kelas. Jika jumlah peralatan praktek tidak sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas, maka pelaksanaan praktikum dilakukan secara berkelompok. Hal inilah yang menyebabkan kompetensi setiap siswa tidak merata dalam satu kelas, ada yang kompeten dan ada yang tidak, hanya sebagian kecil saja siswa yang kompeten dan sebagian besar siswa lainnya hanya menumpang untuk mendapatkan nilai.
               Sehubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang selama ini peneliti lakukan pada kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri 2 Pontianak Semester 3 (ganjil) tahun pelajaran 2011/2012 juga ditemukan beberapa permasalahan yaitu kompetensi siswa pada standar kompetensi memperbaiki motor listrik hanya 60% yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) belajar yang telah ditetapkan yakni sebesar 70, sedangkan sisanya 40% belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.
               Permasalahan di atas mendorong perlunya ada perubahan proses pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya untuk menerapkan model-model pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik sesuai dengan karakteristik pendidikan kejuruan dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dalam implementasi KTSP di SMK. Salah satunya model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran berbasis kompetensi dengan metode praktikum secara individu. Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Pontianak Dalam Melilit Kumparan Motor Listrik Melalui Praktikum Individu”.
              Dari uraian tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu sebagai berikut “Apakah ada peningkatan kompetensi siswa kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak dalam melilit kumparan motor listrik, jika pelaksanaan praktikum dilakukan secara individu “.
               PTK ini bertujuan agar dapat meningkatkan kompetensi siswa Kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak pada semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam melilit kumparan motor listrik.
Kompetensi adalah kemampuan (ability) yang didasari oleh sejumlah potensi yang ada dalam diri seseorang, sehingga ia memiliki kecakapan (capability atau skill) dalam memecahkan persolan yang dihadapi. Oleh karena itu ukuran kompeten atau tidaknya seseorang dilihat dari kemampuannya mencari jalan keluar yang terbaik dalam menghadapi persoalan. Dengan kata lain kompetensi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan secara efektif dan tindakan tersebut lahir dari proses pengambilan keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Spencer & Spencer dalam bukunya Anas (2004) kompetensi merupakan karakter dan bagian dari kepribadian seseorang (individu) yang terwujud sebagai performa (kinerja) dalam perilaku yang konsisten dan dapat diprediksi dalam berbagai situasi atau pekerjaan yang dihadapi. Dan menurut Depdiknas (2002) kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Sementara menurut lembaga National Training Board Australia (1992) kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan atau  lintas industri, sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan. Dengan demikian interpretasi mengenai prestasi atau kompetensi belajar di sini adalah kecakapan nyata seorang siswa dari hasil belajar baik pemahaman, keterampilan dan sikap yang telah dievaluasi dengan menggunakan tes.
Prinsip, teknik dan penilaian dalam dunia pendidikan bertitik tolak pada pendapat pedagogik yang menyatakan bahwa fungsi sekolah sebagai lembaga yang mempunyai nilai dan tujuan adalah membentuk subyek didik ke arah tujuan pendidikan tertentu, tak hanya mengutamakan prestasi atau kompetensinya tetapi harus mengutamakan kebutuhan kepribadiannya yang berhak akan pendidikan tersebut (Conny Semiawan, 1982). Dengan mengetahui dasar filosofis tersebut maka seorang guru akan mampu memberikan penilaian hasil belajar dengan benar, sehingga kompetensi belajar mencerminkan hasil belajar yang diperoleh setiap siswa.
  Dalam mengukur prestasi atau kompetensi belajar siswa SMK terdapat bermacam-macam tes yang digunakan antara lain dengan tes formatif (harian), tes sumatif dan pemberian tugas kurikuler serta penilaian kepribadiannya yang kesemuanya itu dibuat dan ditentukan sendiri oleh masing-masing guru. Kemudian dari hasil tes-tes dan tugas-tugas tersebut dapat ditentukan dan dihitung nilai kompetensi belajarnya dalam bentuk angka.
Model pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memfokuskan pada apa yang dapat dilakukan oleh siswa sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran kompetensi menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif merencanakan pembelajarannya, menggali dan mengintepretasikan materi pembelajaran yang diperlukan. Dengan kata lain pembelajaran yamg mengarahkan kepada siswa untuk dapat menguasai kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dunia kerja. Pembelajaran berbasis kompetensi (competency based training), diharapkan siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang dapat mengembangkan potensinya masing-masing untuk menguasai secara tuntas (mastery) tahap demi tahap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajarinya, tanpa harus dibebani oleh hal-hal yang tidak terkait dengan penguasaan kompetensi tersebut.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
·     Menyusun materi pembelajaran agar mudah dipahami, diurutkan dari yang mudah ke yang sukar.
·   Menyusun materi pembelajaran ke dalam bagian-baian (unit/topik) yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut terlalu banyak memahami konsep baru sekaligus.
·      Menyampaikan tujuan dan kriteria tes/ujian, sehingga siswa memiliki gambaran yang jelas.
·     Materi disampaikan setiap unit (modular system), setelah siswa menguasainya baru boleh melanjutkan ke topik/unit berikutnya.
·     Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa itu sendiri.
·       Memberikan umpan balik yang konstruktif.
               Metode (method) adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa atau mempraktekkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar (Fred Percival dan Henry Ellington, 1984). Metode juga diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku yang digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran kepada siswa. Dengan demikian, metode merupakan suatu komponen pembelajaran yang sangat menentukan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
               Dalam konteks pembelajaran yang menyenangkan, suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin siswa dapat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun guru merancang/mendesain suatu program pembelajaran, apabila tidak didukung dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat maka pembelajaran menjadi tidak efektif. Atas dasar itu, metode dalam kegiatan pembelajaran berfungsi menciptakan kondisi pernbelajaran yang memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh kemudahan dalam mempelajari bahan ajar.
               Ciri‑ciri metode yang berpeluang memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran, antara lain:
·     Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses pembelajaran
·  Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari bahan ajar selama proses pembetajaran
·     Memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pernbelajaran
·    Memungkinkan siswa memperoteh pengalaman belajar yang mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang
·   Memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial).
·     Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian siswa, utamanya sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab dan toleran serta komitmen terhadap nilai-nilai sosial-budaya bangsanya.
               Telah diketahui terdapat berbagai jenis metode pembelajaran, yang masing-masing metode mempunyai karakteristik sesuai dengan fungsinya. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pengembangan suatu model pembelajaran antara lain yaitu :
·         Ceramah,
·         Diskusi,
·         Kerja kelompok,
·         Belajar bebas,
·         Studi perpustakaan,
·         Menggunakan media,
·         Praktik/latihan individu,
·         Belajar di laboratorium,
·         Karyawisata, tutorial,
·         OJT (On the Job Training),
·         Studi kasus,
·         Bermain game,
·         Aplikasi proyek dan
·         Penugasan.
Sedangkan yang relevan dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran praktek/ latihan idividu.

METODOLOGI PENELITIAN

          PTK ini dilaksanakan di bengkel (workshop) Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Pontianak, yang beralamatkan di Jalan Khatulistiwa No. 215 Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat dan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli sampai dengan September 2012 pada semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013.
          Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah para siswa kelas XI TITL Semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Negeri 2 Pontianak yang berjumlah 32 orang siswa.
         PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan kompetensi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada Program Studi Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, Kompetensi Keahlian Tekinik Instalasi Tenaga Listrik, Standar Kompetensi Memperbaiki Motor Listrik dan Kompetensi Dasar Melilit Kumparan Motor Listrik, Kelas XI Semester 3 (ganjil) Tahun Pelajaran 2012/2013, melalui metode praktikum secara individu. Setiap siklus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.
          Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam PTK ini yang digunakan adalah teknik pengumpulan data berbentuk tes yaitu tes awal (pre tes) dan tes akhir (pos tes) untuk mendapatkan data tentang kompetensi belajar siswa. Oleh karena penelitian ini merupakan PTK maka digunakan juga metode pengamatan (observasi) untuk mrngumpulkan data tentang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan praktikum secara individu.
          Mengingat teknik pengumpulan data yang digunakan pada PTK ini berbentuk tes dan observasi, maka alat (instrumen) pengumpulan data yang diperlukan adalah:
·         Lembar penilaian (berupa butir-butir soal dan lembar kerja) 
·         Lembar pengamatan (observasi) 
·         Daftar hadir dan nilai siswa.
          Untuk mengetahui aktivitas dan kompetensi belajar siswa selama proses pembelajaran pada setiap pertemuan (siklus) akan dikumpulkan data, lalu dianalisa dengan cara menafsirkan hasil pengamatan dan penilaian yang terekam dalam lembar observasi dan lembar evaluasi. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan dari setiap komponen yang diamati dan dinilai, adalah dengan membandingkan hasil pengamatan dan penilaian pada setiap pertemuan (siklus). Untuk memudahkan, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, sehingga dapat dilihat perkembangan atau peningkatan aktivitas dan kompetensi belajar setiap siswa pada tiap siklus.  
        Untuk mengetahui prosentase aktivitas siswa dari masing-masing komponen yang diamati digunakan rumus sebagai berikut : PA = ( NA / Nr ) x 100%
          Untuk mengetahui nilai sikap setiap siswa dari hasil lembar penilaian sikap digunakan rumus sebagai berikut : Nilai Sikap (Nat) =  Σ(Sn) / (4xAtmax) X  Smax
           Untuk mengetahui nilai kompetensi setiap siswa digunakan rumus sebagai berikut : X = (Nilai Sikap + Nilai Post tes + Nilai Unjuk Kerja) / 3
        Untuk mengetahui rata-rata nilai kompetensi belajar siswa dalam satu kelas digunakan rumus sebagai berikut : Y = Σfk / Σf
        Untuk mengetahui prosentase ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas digunakan rumus sebagai berikut : Pk = (Σfk / Σf) x 100%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

               Hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan observasi awal sebelum diberi tindakan seperti yang digambarkan dalam kerangka berpikir, bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini masih bersifat teacher centre. Artinya guru aktif mendominasi kegiatan pembelajaran, sementara siswa  terlihat kurang aktif (pasif), terlihat diam saja dan hanya melaksanakan perintah guru, seperti menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas praktek secara berkelompok.
               Dari hasil observasi awal tersebut dapat disimpulkan bahwa :
·    Guru masih menjadi pusat sumber belajar bagi siswa.
·   Metode yang digunakan masih belum memberi kesempatan dan perlakukan yang sama untuk setiap siswa.
·  Siswa mengerjakan tugas praktek sesuai dengan lembaran kerja yang diberikan guru secara berkelompok.
·     Sangat sedikit siswa yang bertanya dan menanggapi atau menjawab pertanyaan.
·     Pada saat pelaksanaan praktek perbaikan motor listrik secara berkelompok banyak siswa yang diam saja, tetapi jika guru mendekatinya, siswa tersebut pura-pura atau seolah-olah sedang bekerja.
·    Pada umumnya setiap siswa bersifat individual, sehingga siswa lain dalam satu kelompok tidak mendapat kesempatan untuk mengerjakan tugas praktek.
·     Pembelajaran terlihat pasif dan kurang optimal.
·     Prestasi atau kompetensi belajar siswa biasa-biasa saja.
               Kondisi seperti yang digambarkan di atas, merupakan kondisi pembelajaran yang kurang baik dan kurang memberikan motivasi dan kesempatan kepada setiap siswa untuk berkembang. Oleh karena itu kondisi tersebut harus diubah menjadi sebuah pembelajaran yang bersifat student cetre yaitu pembelajaran yang bertumpu pada keaktifan dan kreativitas siswa. Menyadari akan hal itu, selanjutnya peneliti berupaya untuk mencarikan sebuah alterntif metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya dalam proses pembelajaran. Yang pada akhirnya peneliti memutuskan untuk menerapkan metode pembelajaran dengan melaksanakan praktikum secara individu pada kompetensi dasar melilit kumparan motor listrik.
               Seperti yang telah dijelaskan di muka, PTK ini terdiri dari 2 (dua) siklus pembelajaran, deskripsi penelitian setiap siklus, hasil analisa data dan pembahasannya yang berupa hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa, pengamatan sikap siswa sebagai penilaian afektif, tes akhir (post tes) sebagai penilaian kognitif, tes unjuk kerja sebagai penilaian psikomotorik akan diuraikan sebagai berikut.
1.  Deskripsi Penelitian Siklus I
a.    Deskripsi Data
1)     Aktivitas Guru
          Berdasarkan pengamatan observer yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran, bahwa guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik pada rentang nilai B (80 – 89).
2)  Aktivitas Siswa
          Berdasarkan pengamatan observer, siswa terlihat selalu aktif saat mengikuti proses pembelajaran dengan melaksanakan praktek secara individu. Hal tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
          Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1: Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No

Aktivitas Yang Diamati
Kuantitas
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1.
Bertanya
11
34,38
2.
Menjawab
14
43,75
3.
Menanggapi
11
34,38
4.
Kemandirian
13
40,63
5.
Keseriusan
24
75,00
6.
Kemampuan menyimpulkan
21
65,63
7.
Kemampuan menyelesaikan tugas praktek tepat waktu
23
71,88


3)  Nilai Kompetensi Siswa
          Dari penilaian sikap siswa, penilaian tes tertulis dan penilaian tes unjuk kerja selama proses pembelajaran, maka diperoleh nilai kompetensi setiap siswa dalam satu kelas yang dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa siswa yang mempunyai kompetensi lebih baik dari nilai batas lulus (nilai KKM) baru mencapai 15,62%, untuk siswa yang telah mencapai nilai batas lulus (nilai KKM) mencapai 56,25%, sedangkan siswa yang belum memiliki kompetensi (tidak kompeten) mencapai 28,13%.
b.    Hasil Analisa Data
          Berdasarkan hasil analisa data observasi dan data evaluasi proses pembelajaran, telah diketahui bahwa pembelajaran melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum secara individu dapat berlangsung dengan baik dan optimal.
          Dari hasil observasi selama proses pembelajaran, aktivitas siswa sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan. Dari sejumlah 32 orang siswa, siswa yang selalu aktif bertanya baru sebanyak 11 orang (34,38%), yang selalu aktif menjawab baru sebanyak 14 orang (43,75%), yang selalu aktif  menanggapi baru sebanyak 11 orang (34,38%), yang selalu kerja mandiri baru sebanyak 13 orang (40,63%), yang selalu serius sebanyak 24 orang (75,00%), yang selalu mampu menyimpulkan baru sebanyak 21 orang (65,63%) dan yang selalu mampu menyelesaikan tugas praktek tepat waktu sebanyak 23 orang (71,88%).
          Rata-rata nilai kompetensi siswa dalam satu kelas yang diperoleh dari nilai sikap, nilai tes akhir (post tes) dan nilai tes unjuk kerja sebesar 71, termasuk dalam kategori baik karena telah melamapaui batas KKM yang telah ditetapkan yakni sebesar 70. Namun perolehan nilai tersebut masih perlu ditingkatkan lagi, karena ketuntasan belajar siswa baru mencapai 71,87%  atau sebanyak 23 orang siswa yang tuntas, sedangkan siswa yang belum tuntas (nilainya < 70) masih sebanyak 9 orang siswa (28,13%). Kemungkinan hal itu disebabkan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran belum maksimal dan optimal, sehingga pencapain kompetensi dan ketuntasan belajar siswa dalam melilit kumparan motor listrik juga belum optimal. Hal ini akan diperbaiki atau ditingkatkan pada siklus II.
c.    Refleksi
          Sesuai dengan hasil pengamatan, penilaian dan analisa kompetensi siswa dalam melilit kumparan motor listrik, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1)    Perlu dilaksanakan proses pembelajaran pada siklus II dengan melakukan desain ulang, seperti mengoptimalkan aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2)    Siswa diwajibkan membuat rencana, analisa dan kesimpulan praktek dalam bentuk laporan praktek.
3)    Siswa diwajibkan melakukan presentasi dan memper tanggung jawabkan laporan hasil praktek.
2.     Deskripsi Penelitian Siklus II
a.    Deskripsi
1)    Aktivitas Guru
          Berdasarkan pengamatan observer yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran, bahwa guru sangat mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan sangat baik pada rentang nilai A (90 – 100). Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran jika dibandingkan dengan aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus I.
2)    Aktivitas Siswa
          Berdasarkan pengamatan observer, terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran dengan melaksanakan praktek secara individu. Hal tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II.
          Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2: Aktivitas Siswa Pada Siklus II

No

Aktivitas Yang Diamati
Kuantitas
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1.
Bertanya
19
59,38
2.
Menjawab
22
68,75
3.
Menanggapi
25
78,13
4.
Kemandirian
26
81,25
5.
Keseriusan
30
93,75
6.
Kemampuan menyimpulkan
29
90,63
7.
Kemampuan menyelesaikan tugas praktek tepat waktu
27
84,38

3)    Nilai Kompetensi Siswa
          Nilai kompetensi siswa yang diperoleh dari penilaian sikap, penilaian tes tertulis dan penilaian tes unjuk kerja pada siklus II juga terlihat terdapat peningkatan yang cukup signifikan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa siswa yang mempunyai kompetensi lebih baik dari nilai batas lulus (nilai KKM) meningkat mencapai 18,75%, untuk siswa yang telah mencapai nilai batas lulus (nilai KKM) juga meningkat mencapai 71,87%, sedangkan siswa yang belum memiliki kompetensi (tidak kompeten) menurun hingga tinggal 9,38%.
b.    Hasil Analisa Data
          Dengan memperbaiki kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mewajibkan siswa untuk merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan hasil praktek dalam bentuk laporan serta mewajibkan siswa untuk mempresentasikan dan mempertanggung jawabkan laporan hasil praktek, telah diketahui bahwa pembelajaran melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum secara individu pada siklus II mengalami perkembangan atau peningkatan yang lebih optimal.
          Dari hasil observasi selama proses pembelajaran siklus II, aktivitas siswa juga mengalami pekembangan atau peningkatan. Dari sejumlah 32 orang siswa, siswa yang selalu aktif bertanya meningkat sebanyak 19 orang (59,38%), yang selalu aktif menjawab meningkat sebanyak 22 orang (68,75%), yang selalu aktif  menanggapi meningkat sebanyak 25 orang (78,13%), yang selalu kerja mandiri meningkat sebanyak 26 orang (81,25%), yang selalu serius meningkat sebanyak 30 orang (93,75%), yang selalu mampu menyimpulkan meningkat sebanyak 29 orang (90,63%) dan yang selalu mampu menyelesaikan tugas praktek tepat waktu juga meningkat sebanyak 27 orang (84,38%).
          Rata-rata nilai kompetensi siswa dalam satu kelas pada siklus II meningkat menjadi 76 dan ketuntasan belajar siswa juga meningkat mencapai 90,62%  atau sebanyak 29 orang siswa yang tuntas, sedangkan siswa yang belum tuntas (nilainya < 70) menurun tinggal 3 orang siswa (9,38%).
c.    Refleksi
          Dengan memperhatikan data hasil kompetensi siswa dan hasil pengamatan aktivitas baik guru dan siswa dalam pembelajaran melilit kumparan motor listrik dengan melaksanakan praktikum secara individu pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kompetensi siswa dalam melilit kumparan motor listrik, hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian kompetensi belajar siswa yang rata-rata kelasnya sebesar 76 dan ketuntasan belajarnya mencapai 90,62%.
        
        Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I kompetensi belajar siswa dalam melilit kumparan motor listrik memang sudah baik, namun kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh kurang maksimal dan optimalnya aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga perlu dilanjutkan atau dioptimalkan pada siklus II. Sedangkan pada siklus II, hasil penilaian kompetensi belajar siswa menunjukan adanya peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan telah optimalnya akativitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Data hasil penilaian kompetensi belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3 : Kompetensi Belajar Siswa Pada Siklus I dan II

No

Rentang Nilai Kompetensi
Jumlah Siswa
Siklus I
Siklus II
1.
Di atas 80
5
6
2.
70 – 80
18
23
3.
Kurang dari 70
9
3

Jumlah Siswa
32
32
              
          Pada tabel di atas terlihat jelas bahwa nilai kompetensi siswa yang di atas 80 meningkat dari 5 orang siswa menjadi 6 orang siswa, untuk nilai batas tuntas juga meningkat dari 18 orang siswa menjadi 23 orang siswa, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas (tidak kompeten) menurun dari 9 orang siswa menjadi 3 orang siswa. Untuk nilai rata-rata kompetensi siswa dalam satu kelas juga terajdi peningkatan dari 71 pada siklus I menjadi 76 pada siklus II.
         Dengan memperhatikan perubahan nilai kompetensi masing-masing siswa, nilai rata-rata kompetensi siswa dalam satu kelas dan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode praktikum secara individu pada saat praktek melilit kumparan motor listrik ternyata dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas XI TITL SMK Negeri 2 Pontianak dengan signifikan baik dalam ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik.

KESIMPULAN DAN SARAN

          Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan praktikum secara individu dalam pembelajaran melilit kumparan motor listrik ternayata dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas XI  Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Pontianak. Selain itu guru juga dapat mengintropeksi diri dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan praktikum secara individu dapat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap siswa dalam beraktivitas melakukan praktek melilit kumparan motor listrik, sehingga setiap siswa dapat meningkatkan kompetensi belajarnya. Jadi dengan melaksanakan praktikum secara individu dalam prkatek melilit kumparan motor sangat tepat untuk diterapkan dan dilanjutkan.
    Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, dirasakan ada perubahan siswa dalam pembelajaran melilit kumparan motor listrik, yaitu berupa peningkatan aktivitas dan keberanian siswa dalam melaksanakan praktek setelah menerapkan metode pembelajaran praktikum secara individu. Sehubungan dengan hal tersebut, dirasa perlu memberikan masukan dan saran kepada guru :
1. Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang penerapan strategi, model dan metode pembelajaran, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran di kelasnya.
2.  Agar memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada setiap siswa, khususnya dalam pembelajaran praktek yang menuntut kompetensi setiap siswa..
3.  Agar memberikan penilaian kepada setiap siswa dan bukan kepada kelompok siswa, yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
4.  Agar melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penerapan metode praktikum secara individu dalam proses pembelajaran praktek.
 
DAFTAR PUSTAKA 

Anas Zulfikri (2004). Menciptakan Keunggulan Layanan Terhadap Peserta Didik Dalam Upaya Membangun Karakter Per Individu Siswa (Modul Workshop Kurikulum), Jakarta: Puskur Balitbang Dediknas.
Depdiknas (2004). Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Ditjen Dikti.
Depdiknas (2008). Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Ditjen Managemen Dikdasmen, Dit PSMK.
Depdiknas (2008). Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ditjen Managemen Dikdasmen, Dit PSMK.
Kemdikbud (2012). Bahan Ajar Diklat Asistensi dan Bimbingan Penelitian Tindakan Kelas. Medan : P4TK BBL.
Mohammad Asrori (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Wacana Prima.
Nasution (1992). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Qoeljoe dan Gazali (1955). Dedaktik Umum. Bandung : Tarsito.
Ridwan A. Sani & Sudiran (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan : Cita Pustaka.
Woodworth dan Marquis (1951). Psychology. New York : Henry Hold Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar